Pakar Gesture Ungkap Jokowi Isyaratkan Setuju Soal Wacana Masa Jabatan Presiden 3 Periode
Pakar Gesture, Dewi Haroen menyatakan bahwa Joko Widodo (Jokowi) mengisyaratkan setuju soal wacana masa jabatan presiden 3 periode.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Gesture, Dewi Haroen menyatakan bahwa Joko Widodo (Jokowi) mengisyaratkan setuju soal wacana masa jabatan presiden 3 periode.
Dia memiliki analisis tersendiri soal sinyal keinginan tersebut.
Menurut Dewi, alasan pertama Presiden Jokowi tak pernah menyatakan secara verbal secara tegas soal penolakan wacana masa jabatan presiden 3 periode.
"Verbalnya Pak Jokowi berkata apa? 'Biarkan ini menjadi wacana'. Nah disitu aja bisa kita menilai, tidak usah gesturenya. Verbalnya firm mengatakan boleh boleh saja wacana itu. Siapa saja boleh," kata Dewi dalam diskusi politik Kedai Kopi di salah satu hotel di Jakarta Pusat, Sabtu (17/9/2022).
Seharusnya, kata Dewi, Jokowi memberikan pernyataan sikap soal masa jabatan presiden 3 periode bertentangan dengan undang-undang.
Ucapan Jokowi mengisyaratkan dirinya ingin maju kembali menjadi presiden.
"Itu cara vokalnya dan bicaranya. Itu kan pendukung saya kan meminta saya nih. Jelas dengan bahasanya bahwa rakyat meminta saya sebagai presiden. Ada penekanan, diminta. Tidak ada suara tidak bisa ini, saya setop tidak boleh. Secara verbal tidak ada pernyataan setop berhenti selesai sebagai presiden. Ada nggak itu? berarti terbukti dong arahnya kemana?," ungkapnya.
Secara gesture, Dewi menyatakan bahwa Presiden Jokowi juga kerap mendatangi relawan-relawannya belakangan ini. Padahal, relawan tersebut yang kerap menggaungkan masa jabatan presiden 3 periode.
Baca juga: Ketua KPU: Presiden yang Sudah Jabat 2 Periode Bisa Maju Cawapres, Tapi Ada Masalah Usai Dilantik
"Sekarang secara gesturenya itu, senyumnya itu satu di Musra, diadakan. Besok ada Projo. Jadi beliau nih kemana mana nih adanya. Berarti artinya apa? seperti apa? tanda kutip kan teman teman tau seperti kampanye kan. Jadi artinya itu jelas sekali keinginan itu ada," jelasnya.
"Jadi artinya itu sebetulnya tidak perlu dijelaskan lagi perlu jadi cenayang. Dari teori komunikasi tadi, verbalnya belum mengucapkan tidak, dari vokalnya cara pengucapan dipilih seperti itu dan gesture badanya itu dia menghadiri orang orang yang menggaungkan 3 periode, menggaungkan penambahan kekuasaan, waktu, cawapres segala macam," sambungnya.
Ia menuturkan bahwa hal tersebut berbeda dengan sikap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal masa jabatan presiden 3 periode. Saat itu, SBY secara tegas menolak wacana tersebut.
"SBY waktu 10 tahun mengucap saya tidak dipilih lagi, selesai. Berhenti, tidak ada suara sama sekali. Artinya apa, tidak ada orang ramai ramai hari itu," tukasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.