Pendamping Sebut Keluarga Korban Mutilasi 4 Warga di Mimika Trauma dan Ketakutan
keluarga korban trauma karena pernah merasakan persoalan serupa di Nduga beberapa tahun lalu.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Empat keluarga korban mutilasi empat warga Nduga di Kabupaten Mimika Papua yang sedang kuliah di Jakarta trauma dan ketakutan.
Pendamping keluarga, Michael Himan mengatakan mereka trauma karena pernah merasakan persoalan serupa di Nduga beberapa tahun lalu.
Baca juga: Sesuai Prosesi Adat di Nduga, Potongan Tubuh 4 Korban Mutilasi oleh Oknum TNI di Mimika Dibakar
Akibat trauma tersebut, kata dia, mereka sulit untuk kuliah atau melakukan aktifitas lainnya.
"Itu sangat trauma sekali saat ini. Ketakutan yang sangat mendalam sekali," kata Michael di kantor KontraS Jakarta Pusat pada Jumat (23/9/2022).
Untuk itu, Michael bahkan berniat untuk mendatangkan pendeta guna memberikan kekuatan rohani kepada mereka.
Sejauh ini, kata dia, LPSK juga belum menghubungi mereka.
Namun demikian, ia berencana akan menghubungi LPSK untuk memberikan pendampingan pdikologis setelah berkoordinasi dengan para pihak yang tergabung dalam advokasi kasus tersebut.
Baca juga: Fakta-fakta 6 Prajurit TNI Jadi Tersangka Kasus Mutilasi 4 Warga Nduga, 2 Berpangkat Perwira
"(Pendampingan psikologis) Itu perlu. Mungkin saya akan koordinasi dulu dengan rekan-rekan yang mungkin tergabung salam advokasi ini. Kemudian mungkin bisa ke LPSK atau ke psikolog," kata Michael.
Ia mengatakan keluarga para korban yang saat ini berada di Jakarta berharap mereka mendapatkan keadilan.
Baca juga: Usai Penemuan 2 Mayat Dimutilasi, Warga Mimika Temukan 4 Warga Nduga Tewas dalam Mobil yang Terbakar
Mereka, kata Michael, juga berhadap para pelaku diberi hukuman yang setimpal sesuai perbuatan mereka.
"Dengan pemecatan dari militer, atau atasan mereka itu harus bertanggung jawab atas peristiwa kemanusiaan ini. Itu harapan dari keluarga ini," sambung dia.