Sri Sultan Hamengkubuwono X: Indonesia Perlu Empat Kekuatan Ini untuk Wujudkan Poros Maritim Dunia
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan memerlukan empat kekuatan yang mendorong kejayaan sebuah peradaban.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan memerlukan empat kekuatan yang mendorong kejayaan sebuah peradaban.
Empat kekuatan tersebut, kata Sri Sultan, harus dimiliki untuk mewujudkan konsep Poros Maritim Dunia.
"Pertama, Ocean Leadership dan Ocean Policy yang dapat menjaga kedaulatan bangsa dengan terwujudnya visi maritim yang hebat, didukung kemampuan diplomasi yang tangguh," ujar Sri Sultan melalui keterangan tertulis, Jumat (23/9/2022).
Hal tersebut diungkapkan oleh Sri Sultan Orasi Ilmiah bertema "Kebijakan Pembangunan Maritim Nasional 2045" dalam Maritime Road Map 2045 Symposium dan Penganugerahan Lifetime Achievement Maritime Awards 2022 di Grand Mercure Kemayoran, Jakarta.
Kedua, menurutnya, bangsa yang memiliki kesadaran budaya kelautan, karena budaya darat seakan memarjinalkan kesadaran terhadap luas lautan dengan segala isinya.
Ketiga, kekuatan infrastruktur dan perhubungan yang menghubungkan antarpulau dengan mudah dan murah.
Singapura justru lebih mengambil keuntungan ekonomi dari persinggahan kapal asing.
"Keempat, kekuatan potensi sumber daya lautan yang membentang luas dan daratan yang subur. Poros maritim harus didukung oleh sektor pertanian yang tangguh sebagai tulang punggung sektor maritim yang andal" ujarnya.
Baca juga: Sri Sultan Hamengkubuwono X: Diplomasi Maritim Miliki Nilai Strategis Terhadap Pembangunan
Sri Sultan mengatakan dengan adanya pilar dan konsep Poros Maritim Dunia tersebut maka prioritas pembangunan maritim harus diwujudkan sebagai garda peradaban Indonesia masa depan.
Hal ini menjamin kehidupan ekonomi, sosial, politik, serta marwah Indonesia di percaturan global.
Dirinya mengatakan ada sejumlah deep seaport yang harus dikembangkan sebagai pintu masuk ekspor serta impor, seperti yang dibangun dengan Konsep Pendulum Nusantara di Medan, Batam, Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Sorong.
Kota-kota tersebut dilengkapi dengan kawasan pergudangan, bongkar muat dan distribusi domestik berbasis IT Management-Single Gateway.
Di darat, infrastruktur Tol Laut ini harus diintegrasikan dengan moda transportasi massal seperti double track railway dan sea highway untuk distribusi logistik ke wilayah pedalaman maupun antarwilayah yang berdekatan dan akses ke bandar udara untuk kombinasi angkutan lintas udara, khususnya jenis perintis.