BKKBN Sebut Program KB Berkaitan Erat dengan Upaya Penurunan Stunting
Pihak perempuan dan laki-laki sebelum menikah perlu mempersiapkan kesehatan dan kesiapannya
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Bina Akses Pelayanan Keluarga Berencana Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Zamhir Setiawan mengatakan jika keluarga berencana (KB) memiliki kaitan erat dengan upaya penurunan stunting.
Stunting merupakan suatu kondisi gizi buruk atau mal nutrisi yang tidak bisa diobati seperti sakit biasa.
Baca juga: Penyebab Stunting pada Anak: Rendahnya Akses Terhadap Makanan Bergizi hingga Pola Asuh Ibu
Cara menangani stunting adalah dengan dengan pencegahan atau preventif. Lantas kenapa KB berkaitan erat dengan stunting?
Setidaknya ada tiga pendekatan utama kenapa KB berkontribusi erat dengan stunting. Hal ini disampaikan oleh Yayasan Cipta, CSO Focal Point FP 2030, Risa.
Pertama, dari sisi pengantin. Pihak perempuan dan laki-laki sebelum menikah perlu mempersiapkan kesehatan dan kesiapannya. Baik fisik mapun mental tidak melahirkan anak-anak berpotensi stunting.
"Melibatkan banyak sektor. Sebelum menikah ada bimbingan pernikahan yang melibatkan unsur agama , kesehatan dan lainnya. Salah satu yang menjadi fokus adalah KB pasca persalinan. Fokusnya untuk membuat jarak kehamilan dan kelahiran," ungkapnya pada webinar nasional Hari Kontrasepsi Sedunia, Senin (26/9/2022).
Kedua, kata Risa, seorang ibu setelah melahirkan dan tahun depan hamil kembali akan berisiko.
Selain dari sisi kesehatan, ibu akan sulit untuk memastikan kebutuhan gizi anak yang baru saja lahir karena adanya kehamilan.
Baca juga: BKKBN Memutakhirkan 39 Juta Data Keluarga Bantu Penurunan Stunting
Ketiga, kata Risa pastinya berkaitan dengan upaya preventif dan pencegahan bagi remaja. Maksudnya, mempersiapkan kesehatan pada ibu saat hamil adalah investasi.
Dan ini perlu dipupuk atau dilakukan sejak masih remaja. Khususnya yang berkaitan dengan kesehatan alat reproduksi perempuan.
Lebih lanjut, ia pun mengingatkan kalau stigma masih ada terkait KB. Sehingga perlu diperjuangkan secara bersama oleh segenap lapisan masyarakat.
Baca juga: Kasus Stunting Indonesia Masih di Atas Batas WHO, Bidan dan Para Ibu Berkolaborasi Memeranginya
"Dan lagi, bicara stunting banyak multifaktor. Yaitu dukungan keluarga, baik suami bahkan nenek berpengaruh pada keputusan keluarga. Untuk memenuhi gizi anak dan ibu," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.