Dua Polisi yang Meninggal Saat Kerusuhan Usai Laga Arema vs Persebaya, Bripka Andik & Briptu Fajar
Dua polisi yang meninggal saat terjdi kerusuhan usai laga Arema vs Persebaya adalah Bripka Andik dan Briptu Fajar Yoyok.
Penulis: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hingga Minggu (2/10/2022) pagi sebanyak 127 orang meninggal dunia saat terjadi kerusuhan pasca laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Malang.
Dua di antara 127 korban yang meninggal adalah anggota polisi.
Baca juga: Mahfud MD: Pemerintah akan Tangani Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang dengan Baik
Berdasarkan keterangan dari Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta, dua polisi yang meninggal adalah Bripka Andik dan Briptu Fajar Yoyok.
Bripka Andik berasal dari Polsek Sumber Gempol Polres Tulungagung.
Sementara Briptu Fajar Yoyok berasal dari Polsek Dongko Polres Trenggalek.
Dua jenazah anggota Polri tersebut masing-masing berada di RS Wava Husada Kepanjen dan RS Hasta Brata Batu.
Selain dua polisi meninggal, seorang anggota polisi lainnya, Bripda Agmal Khan Muhammad dari Sat Samapta Polres Trenggalek masih menjalani perawatan di RS Bhayangkara Batu.
Sebelumnya kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang antara suporter dengan aparat memakan korban jiwa hingga lebih dari 100 orang.
Kerusuhan terjadi usai Arema FC takluk 3-2 dari sang tamu Persebaya Surabaya, Sabtu (1/9/2022) malam.
Setelah itu terlihat suporter Arema FC atau Aremania mulai masuk ke area lapangan dan diadang aparat keamanan.
Baca juga: 10 Media Asing Soroti Tragedi Arema Vs Persebaya, Ungkap soal Anak-anak dan Polisi yang Tewas
Hingga pagi tadi korban meninggal dunia mencapai 129 orang.
Kerusuhan terjadi akibat ribuan dari suporter Aremania turun ke lapangan, begitu di lapangan mereka mendapatkan hadangan dari aparat yang berjaga.
Dalam penanganan itu, terlihat pihak kepolisian yang bertugas menggunakan gas air mata untuk mengurai suporter, yang diduga pula ini jadi penyebab banyaknya korban jiwa berjatuhan.
Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta mengatakan justru penggunaan gas air mata sudah sesuai prosedur.
Pihak kepolisian menggunakan gas air mata karena suporter sudah bertindak anarkis dan masuk ke area lapangan.
Setelah penembakan gas air mata suporter berhamburan ke pintu 12 dan membuat area itu mengalami penumpukan.
"Saat terjadi penumpukan, itu jadi banyak yang mengalami sesak napas," kata Nico Afinta saat konferensi pers, Minggu (2/20/20220.
"Seandainya suporter mematuhi aturan, peristiwa ini tidak akan terjadi, semoga tidak terjadi lagi peristiwa semacam ini," katanya.