Kerusuhan Arema vs Persebaya Disorot Media Asing, Anak-anak Termasuk di Antara 129 Orang yang Tewas
Sejumlah media asing menyoroti peristiwa kericuhan yang terjadi setelah laga Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan di mana 129 orang tewas.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Kericuhan yang terjadi setelah laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam, disorot media asing.
Media Inggris Sky News menulis 129 orang tewas dalam insiden kericuhan tersebut, mengutip keterangan polisi.
Kekacauan terjadi setelah pertandingan berakhir 2-3 untuk tim lawan, di mana ribuan penggemar Arema masuk ke lapangan setelah tim mereka kalah.
Disebutkan juga beberapa pemain Arema yang saat itu masih berada di lapangan, ikut diserang.
Lebih dari 300 orang dilarikan ke rumah sakit terdekat, tetapi banyak yang meninggal dalam perjalanan atau dalam perawatan.
Kapolda Jatim Nico Afinta mengatakan sekitar 180 orang luka-luka, namun banyak dari mereka dalam kondisi parah.
Baca juga: Kerusuhan setelah Laga Arema vs Persebaya: PSSI Minta Maaf, Pemkab Malang Tanggung Biaya Perawatan
Diyakini sebuah kekacauan terjadi ketika polisi menembakkan gas air mata ke kerumunan.
Seorang pejabat kesehatan setempat mengatakan banyak dari korban meninggal karena "kekacauan, berdesak-desakan, terinjak-injak dan mati lemas".
Dua dari mereka yang tewas di Stadion Kanjuruhan Malang dilaporkan adalah petugas polisi.
Sementara itu, tabloid Daily Star menyebutkan ada anak-anak di antara mereka yang tewas.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan para penggemar berlarian, memanjat pembatas ketika mereka mencoba melarikan diri dari gas air mata.
Akhmad Hadian Lukita, Presiden Direktur PT Liga Indonesia Baru (LIB), mengatakan:
"Kami prihatin dan sangat menyayangkan kejadian ini."
"Kami turut berduka cita dan semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua."
Semua pertandingan Liga 1 BRI yang tersisa minggu ini telah ditangguhkan setelah insiden tersebut.
Sementara PSSI mengkonfirmasi bahwa Arema tidak akan menjadi tuan rumah lagi untuk sisa musim ini.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan, Arema Bakal Disanksi Berat, Netizen: Degradasi! FIFA Bakal Banned Indonesia?
Ketua Umum Mochamad Iriawan mengatakan, "PSSI menyesalkan tindakan suporter Aremania di Stadion Kanjuruhan."
"Kami berduka cita dan meminta maaf kepada keluarga korban serta semua pihak atas insiden tersebut."
"Untuk itu PSSI langsung membentuk tim investigasi dan segera berangkat ke Malang."
Daily Mirror juga ikut memberitakan peristiwa ini.
Mirror mengutip keterangan dari Persebaya lewat Twitter-nya:
"Keluarga besar Persebaya turut berdukacita sedalam-dalamnya atas jatuhnya korban jiwa setelah laga Arema FC vs Persebaya"
"Tidak ada satupun nyawa yang sepadan dengan sepak bola."
"Alfatihah untuk para korban."
"Dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan."
Kronologi
The Guardian menulis kericuhan kabarnya dimulai saat ribuan suporter Arema berhamburan turun ke lapangan setelah timnya kalah.
Pemain Persebaya langsung meninggalkan lapangan, namun beberapa pemain Arema yang masih berada di lapangan juga ikut diserang.
Laporan mengatakan banyak korban terjadi setelah polisi menembakkan gas air mata ke tribun penonton, menyebabkan kepanikan di antara pendukung di Stadion Kanjuruhan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Wiyanto Wijoyo, mengatakan lebih dari 120 orang meninggal dunia.
Para pejabat masih mengumpulkan jumlah korban yang terluka, tambahnya.
Laporan terbaru menyebut 129 orang tewas, termasuk dua petugas polisi.
“Lebih dari 120 orang meninggal, mereka meninggal karena kekacauan, berdesakan, terinjak-injak dan mati lemas,” tegas Wiyanto.
Ia menambahkan bahwa total korban yang terluka dipastikan lebih dari seratus orang.
Korban dirujuk ke rumah sakit setempat yang berbeda di sekitar Stadion Kanjuruhan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)