Tragedi Stadion Kanjuruhan, Ketua Umum Projo: Manajemen Pengendalian Suporter Sangat Berlebihan
DPP PROJO merekomendasikan perbaikan menyeluruh dan revolusioner pada sepakbola nasional menyikapi tragedi di Stadion Kajuruhan Malang.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Adi Suhendi

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - DPP PROJO merekomendasikan perbaikan menyeluruh dan revolusioner pada sepakbola nasional.
Hal ini sebagai tindak lanjut peristiwa yang terjadi di Stadion Kajuruhan Malang yang menyebabkan 125 orang meninggal dunia.
"Saya ini pencinta dan maniak sepakbola. Kesedihan saya tidak bisa digambarkan karena kasus ini. Sekarang waktunya berbenah," kata Ketua Umum PROJO Budi Arie Setiadi kepada wartawan, Senin (3/10/2022).
Budi Arie menyampaikan duka yang mendalam kepada keluarga para korban, baik yang meninggal maupun luka-luka.
Dia mengatakan, saat ini bukan waktunya berwacana, saling menyalahkan, apalagi berebut merasa paling benar.
Baca juga: Ketum PSSI Beri Hukuman Arema FC Tak Bisa Gunakan Stadion Kanjuruhan di Sisa Liga 1 2022
Maka dari itu, PROJO mendesak Pemerintah dan pihak-pihak yang terkait segera melakukan langkah konkret, yakni memberikan santunan kepada korban, menangani kesehatan korban yang luka- luka serta menjatuhkan sanksi disiplin kepada pihak yang bertanggungjawab.
Selain itu, melakukan investigasi menyeluruh dalam waktu 3 (tiga) hari.
"Pembenahan harus segera dilakukan. Presiden Jokowi sudah memberi perintah dengan sangat jelas untuk kasus ini," ucapnya.
Menurut dia, pembenahan mesti menyeluruh karena tragedi di Kajuruhan pada Sabtu malam akibat dari kelalaian di banyak sektor.
Budi Arie menyebut ada dugaan jumlah tiket yang dijual melebihi kapasitas stadion. Waktu laga yang terlalu malam bahkan sudah dikeluhkan oleh tim dan Kepolisian sebab pertandingan Arema-Persebaya berpotensi menyulut emosi para pendukung.
Baca juga: Cerita Keluarga Pasutri di Malang Korban saat Kerusuhan Laga Arema vs Persebaya
Wakil Menteri Desa PDTT ini lalu menyoroti suporter yang irasional yang memerlukan literasi dan sosialisasi untuk penyadaran dari semua komponen masyarakat.

Kemudian ada dugaan penanganan pengamanan tidak sesuai dengan standar FIFA termasuk penggunaan gas air mata.
"Manajemen pengendalian suporter sangat berlebihan," ujarnya.