Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Masyarakat Jawa Peringati Maulid Nabi dengan Merayakan Sekaten, Ini Penjelasannya

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dirayakan masyarakat Jawa dengan Tradisi Sekaten. Simak penjelasannya.

Penulis: Enggar Kusuma Wardani
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Masyarakat Jawa Peringati Maulid Nabi dengan Merayakan Sekaten, Ini Penjelasannya
surakarta.go.id
Ilustrasi perayaan Upacara Sekaten di Keraton Surakarta (Solo). - Tradisi Sekaten digelar untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Simak penjelasan tentang tradisi Sekaten hingga prosesi yang dilakukan saat upacara Sekaten. 

TRIBUNNEWS.COM - Sekaten merupakan tradisi Jawa yang rutin digelar di Solo, Jawa Tengah dan Yogyakarta untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW.

Dikutip dari laman surakarta.go.id, tradisi Sekaten biasanya diselenggarakan dengan diadakannya pasar malam selama satu bulan penuh.

Pada puncak upacara Sekaten akan digelar Grebeg Maulud Nabi berupa kirab gunungan.

Pagelaran Sekaten biasanya berlangsung pada tanggal 5 hingga 12 bulan Rabiulawal

Sekaten tak hanya untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, namun juga proses penyebaran agama Islam di tanah Jawa.

Dosen UIN Saizu Purwokerto, Mawi Khusni Albar, mengatakan Sekaten menjadi sarana akulturasi budaya.

Baca juga: Sambut Maulid Nabi, Ini Sifat Nabi Muhammad SAW yang Patut Diteladani

"Sekaten sebagai sarana akulturasi budaya, Islam datang ke tanah Jawa ketika situasi budaya dan tradisi non Islam telah mengakar kuat," ungkap Mawi kepada dalam program OASE: Peringatan Maulid Nabi Muhammad Tribunnews.com pada Jumat (16/9/2022).

Berita Rekomendasi

Tradisi Sekaten sudah berjalan turun temurun sejak kerajaan Demak.

Pada awalnya, Sekaten diadopsi dari bahasa Arab, yakni Syahadatain yang mengandung Syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul.

Dalam prosesnya, tradisi Sekaten tak bisa lepas dari sosok Wali Songo terutama Sunan Kali Jaga.

Sunan Kali Jaga melakukan penyebaran dakwah Islam melalui kesenian yang ada pada tradisi Sekaten

Oleh sebab itu, ajaran Islam mulai masuk melalui proses penyesuaian adat istiadat, tradisi, dan budaya Jawa.

Menurut Mawi Khusni Albar, tradisi Sekaten harus tetap wajib dilestarikan dan dikenalkan kepada generasi muda saat ini.

"Tradisi seperti ini (Sekaten) perlu dilestarikan dan dikenalkan kepada kalangan generasi milenial saat ini agar menjadi sarana pembelajaran," imbuh Mawi.

Mawi juga menambahkan bahwa pengenalan sekaten dapat dijadikan sarana pembelajaran terkait adat istiadat dan budaya yang ada di Indonesia.

Baca juga: Bacaan Sholawat Nabi untuk Menyambut Maulid Nabi Muhammad

Prosesi Upacara Sekaten

Ilustrasi perayaan Upacara Sekaten di Keraton Surakarta (Solo).
Ilustrasi perayaan Upacara Sekaten di Keraton Surakarta (Solo). (surakarta.go.id)

Dikutip dari laman jogjaprov.go.id, dalam pelaksanaan upacara Sekaten terdapat prosesi yang cukup panjang.

Berikut rangkaian prosesi yang dilakukan saat upacara Sekaten:

1. Persiapan Peralatan Budaya

Untuk persiapan dalam bentuk fisik, diperlukan menyiapkan berbagai benda-benda dan peralatan kebudayaan.

Peralatan kebudayaan utama yang perlu dipersiapkan yakni gamelan, terutama milik Kanjeng Kyai Sekati.

Konon, lagu-lagu yang dipakai tersebut merupakan ciptaan Walisongo pada masa Kerajaan Demak.

Tak hanya itu, alat kebudayaan lainnya yang perlu dipersiapkan yakni:

- Uang logam untuk upacara udhik-udhik;

- Naskah riwayat Mulud Nabi Muhammad SAW;

- Bunga kanthil;

- Busana seragam untuk para pementas musik.

Nantinya, naskah tersebut akan dibacakan oleh Kyai Pengulu pada tanggal 11 Rabiulawal malam.

Baca juga: Apa Hubungannya Sekaten dengan Maulid Nabi Muhammad SAW? Berikut Penjelasannya

2. Persiapan Mental

Persiapan non-fisik berupa kesiapan mental perlu dilakukan oleh para abdi dalem (pelaksana Keraton) yang akan terlibat dalam upacara Sekaten.

Hal tersebut wajib dilakukan lantaran ritual kebudayaan ini dinilai cukup sakral dan perlu dilakukan dengan hikmat.

Nantinya, para abdi dalem yang bertugas, perlu menyucikan diri dengan berpuasa dan siram jamas atau mandi keramas.

3. Pementasan Gamelan Pusaka

Gamelan pusaka adalah benda pusaka Keraton yang nantinya akan dimainkan ketika pementasan berlangsung.

Gamelan sekaten akan dibunyikan di dalam Keraton, tepatnya di Bangsal Ponconiti yang berada di halaman Kemandhungan atau Keben.

Pada waktu tertentu, nantinya gamelan milik Kanjeng Kyai Guntur Madu dan Kanjeng Kyai Nagawilaga dikeluarkan dari tempat persemayamannya.

Pementasan alat musik gamelan ini dilakukan cukup sakral dan diikuti tradisi budaya lainnya.

Baca juga: Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 Hijiriah

4. Pembacaan Naskah Suci

Pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW dilakukan pada puncak acara yakni pada malam ketujuh, tepatnya tanggal 11 Rabiulawal.

Prosesi tersebut diselenggarakan di Masjid Besar.

Selain itu juga dilakukan penyebaran udhik-udhik oleh para sultan .

Udhik-udhik merupakan tradisi menebarkan atau melemparkan uang logam kepada tamu yang hadir dalam acara besar di masyarakat Jawa.

Pada saat pembacaan Mulud Nabi Muhammad SAW, dilanjutkan dengan persembahan bunga kanthil dari Kyai Pengulu.

5. Kondur Gongso

Kondur Gongso merupakan prosesi pengembalian gamelan pusaka ke dalam Keraton.

Prosesi Kondur Gongso menjadi tahapan terakhir dalam upacara Sekaten.

Biasanya Kondur Gongso dilakukan setelah sultan meninggalkan Masjid Besar pada tanggal 11 Rabiulawal, tepatnya pukul 24.00 WIB.

Sesampainya di Keraton, gamelan akan disemayamkan di tempatnya semula.

Dengan disimpannya gamelan pusaka Kanjeng Kyai Sekati di Keraton, menandakan bahwa upacara sekaten telah selesai.

(Tribunnews.com/Enggar Kusuma)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas