Mantan Napiter Yakin Tak Ada Gangguan Keamanan pada KTT G20 di Bali
Ia memandang bahwa saat ini situasi di Indonesia terutama di Bali sudah kondusif untuk menyelenggarakan acara-acara tingkat internasional.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 20 pemimpin negara dunia ditambah beberapa pemimpin negara lainnya sebagai undangan khusus akan hadir di Bali pada 15 hingga 16 November 2022 mendatang dalam pertemuan KTT G20.
Indonesia selaku tuan rumah Presidensi G20 tahun 2022 akan mendapatkan sorotan dunia.
Termasuk bagaimana soal pengamanan para pemimpin dunia yang akan hadir.
Terkait itu, mantan napi teroris atau naipter Haris Amir Falah berbicara terkait potensi gangguan terorisme saat puncak Presidensi G20 di Bali.
Baca juga: Pemerintah Pastikan Persiapan KTT G20 di Bali Sudah 90 Persen, Presiden Rusia Hadir
Ia memandang bahwa saat ini situasi di Indonesia terutama di Bali sudah kondusif untuk menyelenggarakan acara-acara tingkat internasional.
Sebab menurutnya para eks teroris yang terlibat dalam tragedi Bom Bali kini sudah bertobat dan kembali ke NKRI.
"Pernah ada tragedi ya di Bali, tapi awal 2022 ini sudah sangat kondusif, terbukti dari para mantan teroris yang pernah melakukan aksi di Bom Bali rata-rata yang masih hidup itu menyadari kesalahannya," ungkap Haris saat diskusi virtual dengan tajuk 'Indonesia Siap Amankan Presidensi G20', yang digelar Trijaya FM, Sabtu (8/10/2022).
"Kita lihat Mas Ali Imron kini turut menjaga keamanan di negeri ini meskipun beliau belum bebas, Mas Umar Patek juga dari dalam tahanan sudah memberikan seruan masyarakat di Indonesia agar menjadi tuan rumah yang baik untuk mensukseskan G20," ujarnya.
Haris pun menjabarkan sederet kegiatan yang telah dilakukan ribuan eks teroris dari berbagai wilayah di Indonesia.
Terakhir, pada 13 Agustus 2022 lalu, para eks teroris berkumpul untuk mengadakan kegiatan jambore di Sentul, Kota Bogor, Jabar untuk membahas kedamaian di Indonesia.
"Kami berkumpul di Sentul melakukan jambore dari Jateng, Jatim, Jabar dan Jabodetabek. Kami buat Jambore Pejuang Damai, ini tekad bagi kami yang pernah berbuat kesalahan tapi ingin menebusnya dengan menciptakan kedamaian di negeri ini," tuturnya.
Sementara itu, Haris menyebut, tahun ini sudah ada ribuan eks anggota kelompok radikal berikrar menyatakan kembali patuh pada konstitusi dan NKRI.
Diantaranya 1300 eks kelompok radikal Negara Islam Indonesia di Sumatera Barat dan 300 orang lainnya dari kelompok JI dan JAD.
"Saya punya data satu tahun terakhir itu, mereka berbondong-bodong kembali dan punya tekad yang sama dengan kita. Kami optimis betul bahwa insyallah tidak ada kelompok-kelompok yang ingin mengganggu," ujarnya.
"Kalau ada gangguan, kami merasa tercoreng juga, bukan hanya wajah kami, eks napi, tapi wajah islam dan penduduk negeri ini," tandasnya.
G20 adalah forum internasional yang fokus pada koordinasi kebijakan di bidang ekonomi dan pembangunan.
G20 merepresentasikan kekuatan ekonomi dan politik dunia, dengan komposisi anggotanya mencakup 80 persen PDB dunia, 75% ekspor global, dan 60% populasi global.
Anggota-anggota G20 terdiri atas 19 negara dan 1 kawasan yaitu Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Republik Korea, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.