VIDEO EKSKLUSIF Mundur Setelah Anies Diusung Jadi Capres, Niluh Djelantik: NasDem Is My Home
Niluh menegaskan NasDem merupakan rumah yang indah meski dirinya memutuskan mundur setelah NasDem mendeklarasikan Anies Baswedan jadi capres
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Niluh Djelantik memutuskan undur diri dari partai NasDem setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dideklarasikan sebagai calon presiden (capres) di Pilpres 2024.
Niluh menegaskan NasDem merupakan rumah yang yang indah meski dirinya memutuskan mundur.
Hal itu disampaikan Niluh saat dialog Tribun Series bertajuk 'Mengapa Mundur Setelah Anies Diusung Bakal Capres?' yang dipandu oleh Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra secara virtual, Jumat (7/10/2022).
"Nasdem is my home."
"Orang-orang yang berada di dalam Partai NasDem itu adalah orang-orang nasionalis dan restorasi gerakan perubahan itu yang disampaikan oleh seorang ketua umum, yaitu Surya Paloh," kata Niluh.
Dia juga menyebut para kader NasDem memegang teguh nasionalisme dan gerakan perubahan yang selalu digaungkan Ketua Umum Surya Paloh.
Baca juga: Ibu Kota Segera Pindah ke IKN Nusantara Kaltim, Anies Baswedan Singgung Daya Tarik Jakarta
Dia juga menegaskan, bahwa orang-orang yang berada di dalam Partai NasDem tak perlu diragukan lagi soal nasionalismenya untuk bangsa dan negara.
Perempuan asal Bali ini pun menegaskan keputusan NasDem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres sangat dihormatinya.
Namun, dirinya menuturkan pada saat yang sama dirinya memiliki prinsip hingga akhirnya memutuskan untuk undur diri.
Berikut hasil wawancara dengan Niluh Djelantik terkait keputusan keluar dari Partai NasDem:
Apa yang membuat Ibu Niluh Djelantik ini memilih untuk mengundurkan diri Partai NasDem, tak lama setelah Partai NasDem mendeklarasikan Pak Anies Baswedan sebagai calon presiden ?
Saya sudah jelas dan saya sudah sampaikan kepada Ketum di tahun 2019 di saat saya menerima amanah dari Ketua Umum dan juga Kaka Taslim juga berada di situ, memberikan amanah kepada saya untuk menemani partai NasDem dan Ketua DPP bidang UMKM.
Akan tetapi posisi saat itu sudah sangat jelas, cuma saya harus tetap berpikiran selalu positif. Saya harus tetap memiliki pandangan bahwa dalam hati saya sampai hari ini NasDem itu adalah partai yang sangat Nasionalis.
Kita memiliki seorang Surya Paloh sebagai seorang negarawan, kita memiliki begitu banyak kader partai Nasdem, begitu banyak petinggi-petinggi di partai Nasdem termasuk juga salah satunya adalah Kaka Hermawi Taslim yang sangat-sangat saya sayangi, kita sudah sangat sering berdiskusi secara pribadi, dan juga berdiskusi one on one, sangat personal bahkan tengah malam kita telponan dan saya sangat mempercayai nasionalisme mereka tidak bisa dibeli.
Nasionalisme itu, nasionalisme mereka itu tidak bisa berubah. Akan tetapi ada keputusan-keputusan yang kemudian pada akhirnya di mana saya harus mengembalikan lagi mengingatkan diri saya agar ikuti saja dan saya harus jalani dan keputusan itu adalah keluar dari partai dari Partai Nasdem.
Tapi rumah itu tetap indah, rumah itu tetap baik. Rumah itu tetap bagus, rumah itu tetap menjadi rumah yang sangat sayangi. Makannya di sini saya harus memisahkan seperti yang saya sampaikan juga kepada teman-teman di media kemarin, saya harus bisa menyampaikan bahwa NasDem is my home, kan.
Sebagaimana juga saya menjalin hubungan sangat baik dengan partai politik lainnya. Nasdem is my home. Orang-orang yang berada di dalam partai Nasdem itu adalah oran-orang nasionalis dan restorasi gerakan perubahan itu yang disampaikan oleh seorang ketua umum yaitu Surya Paloh.
Di mana beliau mengabadikan waktunya, mengabdikan dirinya membuat sebuah partai politik yang menjadi rumah anak-anak bangsa ini itu juga, dan jika hari ini NasDem mengambil keputusan untuk mengusung Anies Baswedan sebagai capres itu melalui proses yang panjang.
Karena sebelumnya yang dicalonkan itu kan tiga orang. Jadi Andika Perkasa, ada Ganjar Pranowo dan juga Ada Anies Baswedan. Dan saya tetap berada di dalam rumah tersebut, saya tetap berada menjadi ketua DPP di dalam rumah tersebut.
Dan hingga akhirnya mengerucut kepada satu pihak karena banyak alasan gitu. Dan kita kan ibaratnya partai Nasdem sebagai seorang adik kan menghormati Partai PDIP gitu kan.
Jadi ya bagaimana yang dicalonkan misalnya belum meninggalkan, membuka pintu menuju pintu yang namanya NasDem.
Karena pemikiran saya secara logika dan secara nalar, kalau misalnya contohnya Mas Ganjar misalnya mengiyakan, yuk kerja bersama NasDem.
Saya yakin nggak ada tuh Anis Baswedan masuk ke dalam salah satu calon, saya yakin. Mungkin beliau calon wapres, mungkin.
Baca juga: Niluh Djelantik Ungkap Alasan Mundur dari Nasdem: Tidak Ada Benci Saya Secara Personal kepada Anies
Tapi kalau Mas Ganjar mengiyakan pada saat itu, membuka pintu, membuka hati dan menyadari bahwa ada kepentingan yang jauh lebih besa, saya percaya 100 persen pasti teman-teman di partai Nasdem termasuk juga Kak Hermawi Taslim pasti membuka pintu dengan sangat ayo mas.
Cuma sekarang ini kan ada etika, ada hal-hal yang harus dipikirkan juga baik oleh partai Nasdem dan juga partai lain yang akhirnya hingga suatu saat harus memutuskan dan keputusan itu ada di nama Anies Baswedan. Dan keputusan itu sangat saya hormati.
Namun di saat yang bersama, saya juga memiliki prinsip hidup tanpa mengotori rumah yang pernah saya tempati selama 4 tahun. Saya harus harus clear, saya harus menyampaikan bahwa mohon ijin, mohon pamit, ada saya tetap berjalan dengan masyarakat, tetap mengabdi untuk rakyat.
Saya tetap menjalankan prinsip hidup dari sebuah partai yaitu NasDem dan Surya Paloh sebagai ayahanda saya. Tapi saya akan melakukannya dengan cara saya sendiri. (*)