Sejarah Hari Santri 22 Oktober 1945, Bermula dari Resolusi Jihad Melawan Tentara Belanda
Sejarah Hari Santri 22 Oktober, bermula dari Resolusi Jihad melawan tentara sekutu Belanda yang datang mengambil bekas wilayah jajahan Jepang.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
Sebelumnya, Bung Tomo menemui KH. Hasyim Asy’ari di Pesantren Tebuireng.
KH. Hasyim Asy’ari menyarankan pekik takbir harus senantiasa mengiringi pidato Bung Tomo.
Resolusi Jihad berhasil menjadi peganggan spiritual bagi para pemuda pejuang di kawasan Jawa dan Madura.
Sementara di Surabaya, rakyat sedang menunggu pecahnya pertempuran melawan Belanda.
Mereka menanti kesatuan pemuda yang berbondong-bondong ke Surabaya.
Ultimatum dari Belanda sama sekali tidak meruntuhkan mental pejuang dan rakyat Surabaya.
Baca juga: 30 Link Twibbon Hari Santri 2022 yang Cocok Dibagikan di Instagram, Facebook hingga WhatsApp
Pertempuran melawan pasukan Belanda
Pada tanggal 9 November malam hingga dini hari tanggal 10 November, tidak ada satupun penduduk kota Surabaya yang tidur.
Semua memasang barikade penutup jalan untuk menghambat gerakan musuh.
Namun, di tengah ketegangan malam itu, ratusan pejuang berkumpul di Kampung Baluran Gang V.
Mereka antre bergiliran menunggu pemberian air yang telah didoakan oleh ulama yang berasal dari Banten, KH. Abbas Djamil.
Para ulama juga menjadi garda depan pertempuran di Surabaya.
Prediksi Belanda meleset jauh, dukungan logistik yang melimpah, alutsista yang modern serta ribuan serdadu ternyata kesulitan menaklukan Surabaya.
Prediksi Surabaya dapat dikuasai dalam waktu 3 hari, ternyata pontang-panting Belanda baru bisa merangsek masuk setelah 100 hari pertempuran.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.