Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejarah Hari Santri 22 Oktober 1945, Bermula dari Resolusi Jihad Melawan Tentara Belanda

Sejarah Hari Santri 22 Oktober, bermula dari Resolusi Jihad melawan tentara sekutu Belanda yang datang mengambil bekas wilayah jajahan Jepang.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
zoom-in Sejarah Hari Santri 22 Oktober 1945, Bermula dari Resolusi Jihad Melawan Tentara Belanda
Pinterest/Freepik
Kh. Hasyim Asy'ari dan Hari Santri Nasional. - Berikut ini sejarah Hari Santri Nasional. 

Sebelumnya, Bung Tomo menemui KH. Hasyim Asy’ari di Pesantren Tebuireng.

KH. Hasyim Asy’ari menyarankan pekik takbir harus senantiasa mengiringi pidato Bung Tomo.

Resolusi Jihad berhasil menjadi peganggan spiritual bagi para pemuda pejuang di kawasan Jawa dan Madura.

Sementara di Surabaya, rakyat sedang menunggu pecahnya pertempuran melawan Belanda.

Mereka menanti kesatuan pemuda yang berbondong-bondong ke Surabaya.

Ultimatum dari Belanda sama sekali tidak meruntuhkan mental pejuang dan rakyat Surabaya.

Baca juga: 30 Link Twibbon Hari Santri 2022 yang Cocok Dibagikan di Instagram, Facebook hingga WhatsApp

Pertempuran melawan pasukan Belanda

Ribuan santri mengikuti pawai seusai menghadiri upacara peringatan Hari Santri Nasional Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2019, di Lapangan Gasibu, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (22/10/2019). Peringatan Hari Santri Nasional tahun ini mengusung tema
Ribuan santri mengikuti pawai seusai menghadiri upacara peringatan Hari Santri Nasional Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2019, di Lapangan Gasibu, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (22/10/2019). Peringatan Hari Santri Nasional tahun ini mengusung tema "Santri Indonesia Untuk Perdamaian Dunia". (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) (TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)
Berita Rekomendasi

Pada tanggal 9 November malam hingga dini hari tanggal 10 November, tidak ada satupun penduduk kota Surabaya yang tidur.

Semua memasang barikade penutup jalan untuk menghambat gerakan musuh.

Namun, di tengah ketegangan malam itu, ratusan pejuang berkumpul di Kampung Baluran Gang V.

Mereka antre bergiliran menunggu pemberian air yang telah didoakan oleh ulama yang berasal dari Banten, KH. Abbas Djamil.

Para ulama juga menjadi garda depan pertempuran di Surabaya.

Prediksi Belanda meleset jauh, dukungan logistik yang melimpah, alutsista yang modern serta ribuan serdadu ternyata kesulitan menaklukan Surabaya.

Prediksi Surabaya dapat dikuasai dalam waktu 3 hari, ternyata pontang-panting Belanda baru bisa merangsek masuk setelah 100 hari pertempuran.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas