Dari Dunia Malam hingga Jadi Pemilik Salon, Kisah Mengubah Nasib lewat Program Wirausaha Vokasi
Program Kecakapan Wirausaha dari Kemendikbudristek menyelamatkan Widya, seorang ibu muda, dari dunia malam hingga akhirnya menjadi wirausaha salon.
Editor: Content Writer
“Jadi kalau ada panggilan ke rumah, ya datang ke rumah. Saya juga kerja sama dengan peserta kursus lain yang reguler untuk perawatan-perawatan yang belum bisa saya lakukan misalnya seperti sambung bulu mata,” terang Widya.
Dalam sebulan, Widya kini bisa menyisihkan Rp5 juta sebagai keuntungan bersih dari usahanya tersebut. Nilai ini tentu jauh lebih besar jika dibanding penghasilannya saat masih menjadi buruh pabrik plastik.
“Saya benar-benar merasakan bagaimana langkah kecil saja mengikuti kursus telah mengubah kehidupan saya menjadi seperti saat ini. Bahkan, teman-teman dan kakak saya juga jadi ingin ikut program ini,” kata Widya yang bermimpi ingin memiliki jaringan-jaringan salon seperti Rudy Hadisuwarno.
Peranan PKW Membangun Jiwa Usaha
Sebagai lembaga pendidikan non formal, lembaga kursus dan pelatihan (LKP) ditujukan untuk membantu masyarakat mengembangkan diri dan kemampuannya sehingga dapat membuka usaha sendiri atau pun bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Saat ini urgensi lembaga-lembaga kursus dan pelatihan makin meningkat dan dibutuhkan, terlebih dalam proses pemulihan pasca pandemi yang telah banyak memberikan tantangan baru pada kondisi tenaga kerja Indonesia.
Sebagai bagian dari upaya memaksimalkan fungsi LKP, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi khususnya Direktorat Kursus dan Pelatihan menyelenggarakan dua program prioritas, yaitu Program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dan Program Kecakapan Wirausaha (PKW).
Keberadaan program PKK diharapkan mampu mempersiapkan lulusan LKP agar dapat lebih terarah dengan memiliki kecakapan kerja, sehingga siap bekerja atau mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kompetensi dan keahliannya. Sedangkan program PKW lebih diarahkan agar peserta dapat melanjutkan pengembangan keahliannya, baik sebagai bekal dalam melakukan wirausaha atau menjadi pekerja di perusahaan swasta/dunia kerja.
Sejak diluncurkan tahun 2020 lalu, kedua program tersebut sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Utamanya bagi masyarakat dengan rentang usia 16 hingga 25 tahun atau pun anak usia sekolah, tapi tidak bisa sekolah, anak putus sekolah yang menjadi target utama sasaran dari kedua program tersebut.
Tingginya minat terhadap program ini setidaknya dapat dilihat dari realisasi penyaluran bantuan pemerintah untuk kedua program tersebut. Dalam tiga tahun terakhir, realisasi pelaksanaan program PKK dan PKW selalu lebih tinggi dari target yang ditetapkan sebelumnya.
Tidak hanya minat masyarakat atau peserta didik yang terus meningkat, keberhasilan kedua program tersebut juga dapat dilihat pada keterserapan peserta didik yang sangat baik pada dunia kerja maupun wirausaha.
Berdasarkan hasil, tracer study pada aplikasi program PKW tahun 2020 menunjukkan, peserta didik yang berwirausaha mencapai 87 persen, sementara pada tahun 2021 bertambah menjadi 88%. Sementara pada program PKK, total peserta didik program PKK yang magang dan bekerja di industri di tahun 2020 mencapai 79%, kemudian meningkat menjadi 88% di tahun 2021.
Direktur Kursus dan Pelatihan, Wartanto mengatakan Program PKK dan PKW memang menjadi salah satu program prioritas Ditjen Diksi yang diciptakan untuk mendukung prioritas Presiden dalam visi pembangunan manusia.