Hari Pahlawan, PDIP bersama Delegasi KAA dan Gerakan Non-Blok Napak Tilas ke Makam Bung Karno
PDIP menggelar upacara peringatan Hari Pahlawan di Makam Presiden Pertama RI Ir. Soekarno, di Blitar, Jawa Timur, Kamis (10/11/2022).
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, BLITAR - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menggelar upacara peringatan Hari Pahlawan di Makam Presiden Pertama RI Ir. Soekarno, di Blitar, Jawa Timur, Kamis (10/11/2022).
Upacara ini turut dihadiri perwakilan 33 delegasi negara-negara pengikut serta Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 dan Gerakan Non-Blok (GNB).
Para perwakian delegasi itu pun tampak antusias saat tiba di depan makan Bung Karno.
Mereka mengeluarkan handphone untuk memotret lokasi makam Bung Karno.
Dalam pidato upacara di Makan Bung Karno, Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan kembali bahwa meski Bung Karno sudah wafat, semangat perjuangannya tidak pernah padam.
Hal itu pula yang membuat para akdemisi perwakilan negara-negara itu ingin memperlajari semangat perjuangan Bung Karno saat mempersatukan negara-negara Non-Blok, agar terbebas dari belenggu imperialisme dan konolialisme.
Dalam kesempatan itu, para delegasi juga diajak untuk berdoa di depan Makam Bung Karno. Mereka terlihat berdoa secara khusyuk.
Setelah itu, para delegasi juga menabur bunga di Makam Proklamator Kemerdekaan Bangsa Indonesia itu.
Mereka juga diberi penjelasan singkat tentang batu di makam Bung Karno yang bertuliskan 'Penyambung Lidah Rakyat'.
Hasto juga mengungkapkan, PDIP ingin menggunakan momentum Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non-Blok agar satu nafas dengan apa yang disampaikan dalam pidato Bung Karno yang berjudul To Build The World a New pada tanggal 30 September 1960.
Dalam gagasannya, Bung Karno disebut hendak mereformasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dinilai sudah tidak tepat.
"Jadi Gerakan Non Blok itu lah yang menjawab bahwa struktur dunia yang tidak adil dipengaruhi oleh perang dingin antara blok Barat dan blok Timur yang kedua-duanya mengandung benih-benih konolialisme sebagai suatu hal yang ditentang oleh Indonesia," kata Hasto.
Acara itu merupakan rangkaian kegiatan Bandung Belgrade Havana in Global History and Perspective bertajuk Whats dreams, what challenge, what projects for a global future.
Para peneliti yang diajak dalam program ini antara lain ialah Annamaria Artner (Hungaria), Connie Rahakundini Bakrie (Indonesia), Isaac Bazie (Burkina Faso), Beatriz Bissio (Brasil), Marzia Casolari (Italia), Gracjan Cimek (Poland), Bruno Drweski (Polandia), Seema Mehra Parihar (India), Jean-Jacques Ngor Sene (Senegal), Istvan Tarrosy (Hungaria), Rityusha Mani Tiwary (India), Nisar Ul Haq (India).