PR Siswa SD dan SMP Dihapus, Anggota DPR: Bagus untuk Bangun Karakter Anak
Puti Guntur Soekarno menilai kebijakan penghapusan PR (Pekerjaan Rumah) bagi pelajar SD dan SMP di Kota Surabaya sangat positif.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi X DPR RI (Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia) yang membidangi pendidikan dan kebudayaan Puti Guntur Soekarno menilai kebijakan penghapusan PR (Pekerjaan Rumah) bagi pelajar SD dan SMP di Kota Surabaya sangat positif.
Apresiasi positif atas kebijakan pemerintah kota Surabaya itu menurut Puti diantaranya karena adanya langkah menitikberatkan pembangunan karakter.
Upaya Pemkot Surabaya mengurangi PR dan menggantinya dengan mengerjakan proyek-proyek dan ekstrakurikuler untuk membangun karakter siswa menurut Puti positif mengingat bobot pembangunan karakter dengan pembelajaran sekolah yang lainnya dalam kurikulum pendidikan nasional juga amanatnya harus berimbang.
Lebih lanjut ia mendukung upaya Pemkot Surabaya melalui dinas pendidikan yang ingin menciptakan pola pembelajaran pendalaman karakter yang diberlakukan dengan melatih siswa untuk menjadi lebih aktif, mandiri, dan berani berpendapat.
"PR yang terlalu banyak dan sering bisa dikolaborasi aplikasinya untuk penumbuhan karakter. Saya setuju dan mengapresiasi langkah Pemkot Surabaya yang ingin mengajak anak lebih aktif membuat proyek atau kegiatan positif lain dengan ekstrakurikuler. Tentu harus dibuat agar menyenangkan dalam proses tetapi jelas manfaatnya untuk membangun karakter nasional," ujar Puti dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Kamis (10/11/2022).
Anggota DPR RI dapil Jatim 1 yang juga Visiting Professor di Kokushikan University Jepang ini juga mengapresiasi dan menambahkan saran perlunya proyek pembelajaran yang menitikberatkan pengenalan berkebudayaan dalam kepribadian nasional misalnya dengan belajar praktek seni tradisi atau modern disandingkan dengan mengaji bagi muslim dan mengajari toleransi.
"Seperti di negeri Jepang misalnya, ilmu pengetahuan dan teknologinya sangat maju tetapi karakter Bangsa Jepang masih sangat kokoh," kata Puti yang juga mantan calon Wakil Gubernur Jawa Timur ini.
PR bagi siswa yang terlalu sering dan rutin menurut Puti Guntur juga bisa membuat siswa semakin jenuh dan justru malas dengan institusi pendidikan formal di tengah banyak alternatif pendidikan dan pembelajaran baru yang ditawarkan terlebih di era digitalisasi saat ini.
Terlebih menurut Puti menghadapi situasi seperti pandemi Covid-19 dimana siswa banyak diberikan pendidikan jarak jauh (PJJ) secara online.
Baca juga: Insiden Runtuhnya Atap SD di Gunungkidul yang Memakan Korban Jiwa, Para Siswa Trauma ke Sekolah
Lebih lanjut menurut alumni Universitas Indonesia ini dengan program penumbuhan karakter siswa selama tujuannya untuk menguatkan upaya nation and character building atau pembangunan karakter bangsa tentu sangatlah relevan guna mengimbangi kemajuan teknologi informasi (digital).
Digitalisasi sektor pendidikan bukan saja berdampak positif tetapi juga memiliki dampak negatif seperti siswa menjadi egois dan kurang interaksi sosial.
Memberikan pendidikan yang melatih gotong royong sebagai penumbuhan karakter jelaslah itu bermakna dan manfaat.
Sebagaimana diketahui mulai Kamis (10/11/2022) pelajar tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) negeri maupun swasta di Kota Surabaya resmi mengubah kebijakan pemberian PR menjadi program penumbuhan karakter siswa.
Pemberlakuan diikuti dengan memangkas jam pelajaran sekolah hingga pukul 12.00 WIB. Adapun dua jam selanjutnya hingga pukul 14.00 WIB akan dipakai guna pendalaman karakter siswa.(Willy Widianto)