Cerita Panda Nababan Soal Manis Pahit Hubungan Luhut Binsar Pandjaitan dan Prabowo Subianto
Politikus Senior PDIP Panda Nababan menceritakan hubungan dua menteri Kabinet Indonesia Maju yakni Luhut Binsar Pandjaitan dengan Prabowo Subianto.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus Senior PDIP Panda Nababan menceritakan hubungan dua menteri Kabinet Indonesia Maju yakni Luhut Binsar Pandjaitan dengan Prabowo Subianto.
Panda Nababan mengawali ceritanya pada medio 2003.
Ketika itu, ia pernah dimintai tolong oleh Luhut untuk membantu Prabowo.
Saat itu, Panda mengaku belum mengenal siapa Prabowo.
Luhut memintanya untuk membantu adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo yang ditahan di Rutan Salemba karena tersangkut kasus BLBI.
Akhirnya Prabowo menemui Panda di Hotel Mandarin.
Baca juga: Survei PWS: Wong Cilik Lebih Jagokan Prabowo sebagai Presiden
Saat itu, ia bertanya kepada Prabowo mengenai hubungannya dengan Luhut karena yang ia dengar hubungan keduanya sedang tidak baik.
Prabowo, kata Panda, saat itu menyangkalnya dan mengatakan hubungannya dengan Luhut baik.
Panda kemudian meminta Prabowo menelepon Luhut.
Prabowo kemudian menelpon Luhut dan berbicara kepada Panda.
Hal tersebut diungkapkan Panda di kanal Youtube Total Politik pada Rabu (16/11/2022).
Baca juga: Luhut Minta Maaf, KTT G20 Ganggu Aktivitas Warga Bali
"Aku ngomong formal sama Pak Luhut. Pak Luhut, ini sama Prabowo gimana hubungan kalian berdua? Ngomong Batak dia dari sana. Alah bantulah, kau jangan lagi, kalau bantu-bantu saja," kata Panda menirukan kata-kata Luhut saat itu kepadanya.
Akhirnya, Panda mengiyakan untuk membantu Prabowo.
Saat itu, Panda bertanya kepada Prabowo mengapa Hashim harus segera dikeluarkan dari rutan.
Saat itu, kata Panda, salah satu alasannya Hashim dikhawatirkan mendapat kekerasan di penjara.
Setelahnya, ia meminta Prabowo memanggil pengacaranya yang saat itu Hotman Paris Hutapea.
Baca juga: Soal Jatah Pilpres 2024, PDIP: Wajar Saja, Prabowo Anak Buah Jokowi
Ia pun meminta Hotman membuat surat penangguhan penahanan ke Jaksa Agung pada saat itu yakni MA Rachman.
"Minta ke Jaksa Agung penangguhan penahanan. Malam, diantar si Hotman Paris lah ke rumahku. Besoknya gua ketemu Jaksa Agung. Kasih tahu ke Jaksa Agung. Kebetulan dekat," kata dia
"Ya, kebetulan dekatlah. Ya udah kau jaminannya ya (menirukan kata MA Rachman kepadanya). Iya, sudah keluar, tidak sampai 24 jam," kata Panda.
Keesokannya, kata Panda, Prabowo dan Hashim datang kepadanya dan menyampaikan terima kasih.
"Biasalah, bawa sesuatu. Terus aku bilang kasih Luhut. Kasus ini aku tahu dari Luhut, biar Luhut lah yang kasih ke aku," kata dia.
"Luhut telepon aku, hebat kau Pan ya. Kau tidak mau uang apa gimana? Lho bukan, tata kramanya. Aku kan tidak kenal mereka berdua. Jangan langsung dong," sambung Panda.
Panda kemudian bercerita kejadian lain di mana Luhut meminta bantuannya untuk mempertemukan dengan mantan Direktur Utama Bank Mandiri periode 2000-2005 Eduardus Cornelis William Neloe.
Luhut meminta Panda untuk dipertemukan Neloe menyangkut urusan kredit.
Singkat cerira akhirnya Luhut bisa bertemu dengan Neloe.
"Menurut cerita Luhut sudah tiga empat kali mau ketemu Neloe, Neloe tidak terima-terima," kata dia.
Seminggu setelah itu, kata dia, Luhut memintanya untuk mempertemukan kembali dengan Neloe tapi kali ini dengan Prabowo.
"Kubilang, kalian Jenderal-Jenderal jangan tekan temanku itu. Jangan ini. Aku ada, hadir aku di situ, Prabowo sama si Luhut," kata Panda.
Beberapa bulan setelah pertemuan itu, kata Panda, tidak ada kabar berita terkait hasil pertemuan tersebut.
Ia pun bertanya kepada Neloe.
Ternyata, kata Neloe kepadanya, kredit yang diajukan Luhut dan Prabowo sudah cair.
"Dalam hati gua, gila dua orang ini satu pun tidak ada yang kasih tahu gua," kata Panda sambil tertawa.
Ia pun bertanya kepada Luhut dan Luhut mengkonfirmasi hal tersebut.
Namun, kata dia, saat itu Luhut bercerita kepadanya bahwa ia sedang pecah kongsi dengan Prabowo
"Terus aku tanya Luhut. Luhut, aku dengar kreditnya udah cair. Iya, gua lagi beda pendapat sama Prabowo. Pecah kongsi. Dikasih tahulah mereka berkelahi," kata Panda.
Panda kemudian bercerita lagi soal hubungan Luhut dan Prabowo saat masih aktif di militer.
Cerita tersebut, kata dia, didapatkannya dari mantan menteri pertahanan M Jusuf.
Saat itu, kata dia, Luhut dan Prabowo masih aktif bertugas di Kopassus di mana Luhut masih berpangkat Letkol dan Prabowo menjadi wakilnya.
Suatu ketika, kata dia, Luhut kaget karena Prabowo hendak menangkap LB Moerdani karena disinyalir mau melakukan kudeta terhadap rezim Presiden Soeharto.
Saat itu Luhut pun mengajak Prabowo untuk melaporkannya kepada Danjen Kopassus saat itu.
Kepada Danjen Kopassus tersebut, kata Panda, Prabowo mengatakan jika kudeta benar-benar terjadi maka Danjen Kopassus tersebut bertanggung jawab.
Danjen Kopassus tersebut akhirnya membawa Luhut dan Prabowo menemui M Jusuf.
Setelah menceritakan apa yang terjadi, akhirnya M Jusuf bertemu Soeharto di kediamannya di Jalan Cendana Jakarta.
"Menurut cerita Pak Jusuf ke saya, Pak Harto bilang, Benny itu orang yang loyal ke saya, tidak mungkin dia mau melakukan suatu tindakan kudeta. Pak Jusuf balik, sudah pulang kalian semua, tidak ada apa-apa. Pak Harto sudah bilang ke saya begini begini," kata Panda.
"Ada dua versi, satu versi yang mengatakan waktu di Cijantung Luhut marah sama Bowo, tapi menurut cerita Bowo ke saya, dia cuma ditepis ini ke saya. Lain kali jangan begitu kau ya. Tapi ada versi (Prabowo) ditampar, ditempeleng," kata Panda.
Akibatnya, kata dia, Prabowo dipindahkan satuannya dari Baret Merah (Kopassus) ke Baret Hijau (Kostrad).
"Akibat dari peristiwa itu, itulah yang kemudian Prabowo digeser dari Baret Merah ke Baret Hijau," kata Panda.