Ajak Milenial Lebih Mencintai Naskah Nusantara, Akademisi: Cikal Bakal Pengetahuan Masa Depan
generasi muda atau yang kini lebih akrab disapa generasi milenial harus kompetitif atau berdaya saing.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tahun 2030, Indonesia bakal memasuki puncak bonus demografi.
Jumlah penduduk berusia produktif akan lebih banyak dibandingkan penduduk nonproduktif.
Untuk itu, generasi muda atau yang kini lebih akrab disapa generasi milenial harus kompetitif atau berdaya saing.
Agar Sumber Daya Manusia (SDM) muda Indonesia tidak kalah dengan angkatan muda dari luar negeri maka harus dipersiapkan dari sekarang. Dan untuk mempersiapkan itu, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia (FIB UI) mengajak agar generasi millenial mencintai naskah Nusantara.
Hal itu ditegaskan oleh Wakil Dekan I FIB UI, Dr. Untung Yuwono, saat memberikan paparannya dalam pembukaan Seminar Nasional ke-2 Pernaskahan Nusantara yang mengangkat tema “Naskah Nusantara: Akar Peradaban Masa Depan", di Kampus UI Depok, pada Kamis (24/11/2022).
Menurut Untung Yuwono, naskah Nusantara merupakan cikal bakal pengetahuan untuk masa depan.
Untuk itu, generasi muda harus mencintai naskah Nusantara sebagai pondasi ilmu pengetahuan sekarang maupun masa depan.
Apalagi dinamika perubahan zaman yang sangat cepat dan hebat harus diimbangi pengetahuan sejarah nasional yang mumpuni. Oleh karenanya mengetahui dan memahami naskah Nusantara menjadi suatu kewajiban.
“Jika ingin lebih berkembang di masa mendatang, harus mengetahui awal mula atau sejarah ilmu pengetahuan tempo dulu karena itu basic keilmuan. Caranya dengan mencintai naskah Nusantara yang memang sudah diwariskan oleh nenek moyang dan para leluhur kita,” katanya.
Seminar ini menyajikan kajian-kajian mutakhir naskah Nusantara yang mencakup berbagai topik khusus dalam naskah, yaitu materi terkait etnomedisin (tradisi pengobatan), astronomi dan ekologi, arsitektur, persoalan perempuan, serta kajian yang terkait agama, bahasa, sastra, dan sosial kemasyarakatan.
“Topik tersebut menjadi penting sebagai aspek sistem pengetahuan dalam upaya menggali akar budaya Indonesia sebagai landasan untuk kemajuan bangsa pada masa mendatang. Untuk itu, sekali lagi para generasi muda harus mencintai dan mau belajar naskah Nusantara,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Seminar Nasional ke-2: Naskah Nusantara, Dr. Mamlahatun Buduroh menambahkan, pada seminar tahun ini, ada 58 pemakalah yang terbagi dalam diskusi panel dan sesi paralel.
Dalam seminar ini, diharapakan lahir para pengkaji naskah dengan gagasan-gagasan baru yang selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Baca juga: Erick Thohir Dinilai Mampu Menyerap Aspirasi Kaum Milenial dan Generasi Z
Dan tahun ini, para pemakalah hampir 70 persen adalah generasi milenial.
“Awareness generasi muda terhadap naskah Nusantara sudah sangat besar. Ini terbukti mayoritas pemakalah dari generasi angkatan muda. Dan itu yang sangat kami harapakan karena para generasi muda ini yang akan melanjutkan tongkat kemajuan bangsa dan negara di masa depan,” ujarnya.
Oleh karenanya, berharap seminar ini ke depan akan terus diisi oleh para generasi milenal agar apa yang diinginkan dan cita-citakan oleh para tokoh dan ilmuan Indonesia dapat diteruskan oleh mereka. “Naskah Nusantara merupakan warisan untuk kita anak bangsa. Sebagai generasi muda kita semua wajib melestarikan dan mengembangkannya agar kemajuan bangsa dan negara yang diinginkan oleh para leluhur kita dapat terwujud,” tuturnya.
Sebagai informasi, Seminar Pernaskahan Nusantara merupakan kegiatan berkala yang dilakukan oleh Laboratorium Filologi, Departemen Susastra, FIB UI yang mulai digagas pada tahun 2019.
Pada seminar kedua kali ini, penyelenggaraannya melibatkan berbagai lembaga seperti Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya (PPKB), Perpustakaan Pusat UI, HISKI Komisariat UI, Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), Puslitbang Lektur Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). (*)