Kenapa Sulit Deteksi HIV pada Ibu Hamil?
Setiap tahun masih ditemukan anak dengan HIV/AIDS, artinya upaya pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak masih memerlukan penguatan.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI Imran Pambudi mengatakan, banyak ibu hamil yang memeriksa kehamilan di bidan praktik mandiri maupun di tempat-tempat pelayanan swasta.
Padahal akses obat alat diagnostik tes untuk HIV untuk ibu hamil ini masih belum terbuka luas.
Oleh karenanya, deteksi kasus HIV sejak dini tidak bisa ditemukan.
"Sehingga salah satu upaya dilakukan berbicara tentang kesetaraan adalah membuka akses kepada fasilitas swasta yang memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak untuk untuk mendapatkan akses untuk testing dan juga obat HIV karena itu cukup besar kasusnya," ujar Imran dalam temu media secara daring, Selasa (29/11/2022).
Baca juga: Penanggulangan HIV Masih Hadapi Tantangan, Khususnya pada Perempuan dan Anak
Setiap tahun masih ditemukan anak dengan HIV/AIDS, artinya upaya pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak masih memerlukan penguatan.
HIV pada anak di Indonesia pada tahun 2022 didominasi oleh anak usia kurang dari 4 tahun.
Sementara total 12.553 anak usia 14 tahun ke bawah diketahui status HIV/AIDS nya pada 2010 - September 2022.
Imran melanjutkan, dari 12 ribu kasus itu baru 7.800-an yang menjalani terapi ARV.
Adapun anak-anak laki-laki lebih dominan atau lebih banyak HIV daripada perempuan.
"Artinya kalau kita bicara soal akses ini akan terkait dengan bagaimana akses pengetahuan atau akses layanan kesehatan kepada orang tuanya kepada ibunya karena mereka tertular penyakit ini dari orang tuanya," kata Imran.
Infeksi HIV dan sifilis pada ibu hamil menjadi salah satu penyakit yang harus dideteksi selama kehamilan.
Lebih dari 90 persen bayi terinfeksi HIV tertular dari ibu HIV selama kehamilan, saat persalinan dan menyusui.
Tanpa pengobatan yang tepat dan dini, separuh dari anak yang terinfeksi HIV akan meninggal sebelum ulang tahun kedua.
Bila ibu hamil yang terinfeksi sifilis tidak diobati dengan adekuat, maka 67 persenkehamilan akan berakhir dengan abortus, lahir mati atau sifilis congenital.
Sifilis, sebagaimana infeksi menular seksual (IMS) lainnya, meningkatkan penularan HIV sebesar 3-5 kali.