Pengamat: Isu Perpecahan di Golkar Muncul Karena Nihilnya Sosok Sentral
Isu perpecahan Golkar karena ada faksi yang tak setuju wacana pengusungan Airlangga Hartarto sebagai capres karena ada campur tangan penguasa.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sempat menyeruak isu perpecahan di tubuh Partai Golkar karena adanya faksi yang tak setuju dengan wacana pengusungan Airlangga Hartarto sebagai calon presiden.
Satu di antara penyebabnya diduga karena adanya campur tangan penguasa.
Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menyebut alasan munculnya faksi di internal Golkar karena partai berlambang pohon beringin itu tak punya tokoh sentral yang bisa berdiri dengan megah.
Ketiadaan tokoh sentral membuat Golkar rawan terhadap pendapat atau intervensi dari eksternal partai.
“Karena tidak tokoh sentral, maka Golkar jadi rawan terhadap masukan, atau pendapat, atau intervensi dari luar partai,” kata Hendri Satrio dalam keterangannya, Selasa (29/11/2022).
Selain itu menurutnya, pihak yang mampu mengintervensi Golkar adalah kekuasaan.
Sebab, penguasa kata dia, punya porsi berbeda di tubuh Partai Golkar.
Selain itu pria yang akrab disapa Hensat ini mengatakan ketiadaan tokoh sentral di Golkar juga membuat seakan siapapun bisa menjadi ketua umum.
“Jadi kalau ada tokoh yang merasa bisa jadi ketua umum, maka dia akan melakukan intervensi-intervensi atau dia akan mencari cara untuk supaya dirinya menjadi ketua. Maka bila ada penguasa yang mengendali adanya dukungan dari Golkar atau menginginkan adanya evaluasi kepemimpinan di Golkar, maka itu bisa dilakukan,” katanya.
Baca juga: Isu Ridwan Kamil Gabung Golkar Bisa Pengaruhi Peta Politik Jelang Pilpres 2024
Hensat menyebut intervensi dari penguasa menjadi salah satu jalan yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang menginginkan kekuasaan di Golkar untuk berkuasa. Sehingga tak heran jika muncul isu perpecahan di internal Golkar.
“Kebenaran perpecahan hanya penguasa dan Golkar yang tahu. Yang jelas walaupun sudah ada ketua umumnya di Golkar, tapi banyak orang merasa bisa atau banyak kader Golkar yang merasa juga bisa menjadi ketua umum, karena basisnya Golkar kan kepentingan. Jadi kepentingan macam-macam bisa ada di dalam tubuh Golkar,” pungkas dia.