Presiden Jokowi: Ada Negara Maju yang Tidak Ingin Melihat Negara Berkembang Menjadi Maju
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa semua negara ingin maju, negara berkembang ingin menjadi negara maju dan negara maju ingin bertahan.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa semua negara ingin maju.
Negara berkembang ingin menjadi negara maju dan negara maju ingin mempertahankannya.
“Semua negara ingin maju. Negara maju ingin mempertahankan negaranya tetap maju. Negara berkembang berusaha menjadi negara maju,” kata Presiden dalam akun twitternya @jokowi, dikutip Minggu, (4/12/2022).
Hanya saja kata Presiden ada negara maju yang tidak ingin melihat negara berkembang menjadi negara maju.
Meskipun demikian, kata Presiden, Indonesia akan terus melangkah menjadi negara maju.
“Ada juga negara maju yang tidak ingin melihat negara berkembang jadi negara maju. Apapun tantangannya, Indonesia tetap melangkah menjadi negara maju,” pungkasnya.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong jajarannya untuk terus melakukan hilirisasi terhadap bahan-bahan tambang yang dimiliki Indonesia sehingga mendapatkan nilai tambah yang berkali-kali lipat.
Presiden meminta agar penghentian ekspor dalam bentuk bahan mentah tidak hanya berhenti pada komoditas nikel saja.
"Enggak bisa lagi kita mengekspor dalam bentuk bahan mentah, mengekspor dalam bentuk raw material, enggak. Begitu kita dapatkan investasinya, ada yang bangun, bekerja sama dengan luar dengan dalam atau pusat dengan daerah, Jakarta dengan daerah, nilai tambah itu akan kita peroleh," ujar Presiden saat Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi Tahun 2022 di The Ritz-Carlton, Jakarta, pada Rabu, (30/11/2022).
Kepala Negara mencontohkan, beberapa tahun lalu Indonesia masih mengekspor nikel dalam bentuk bahan mentah yang nilainya hanya mencapai 1,1 miliar dolar AS.
Setelah pemerintah memiliki smelter dan menghentikan ekspor dalam bentuk bahan mentah, pada tahun 2021 ekspor nikel melompat 18 kali lipat menjadi 20,8 miliar dolar AS atau Rp300 triliun lebih.
Baca juga: Demokrat Minta Jokowi Belajar dari SBY, Jangan Endorse Capres
Akibat kebijakan tersebut, Indonesia digugat oleh Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Meskipun Indonesia kalah dalam kasus tersebut, Presiden Jokowi mengingatkan jajarannya agar melakukan banding dan terus melakukan hilirisasi untuk bahan-bahan tambang lainnya seperti bauksit.