BSSN Beri Tips Terhindar dari Kejahatan Digital, Berikut Penjelasannya
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkap 8 jenis ancaman keamanan penggunaan internet yang perlu masyarakat waspadai.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Era globalisasi menjadikan media sosial sebagai satu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat.
Mengakses media sosial seakan sudah menjadi kebutuhan.
Maka dari itu, sangat penting bagi masyarakat untuk peduli menjaga keamanan akun media sosial.
Saat ini, kasus pembobolan akun media sosial oleh para peretas (hacker) kerap terjadi.
Penyebab dari pembobolan akun media sosial ini tidak hanya ada pada peretas yang mampu melakukan pembobolan saja, tapi ada kesalahan yang dilakukan penggunanya.
Baca juga: Kepala BSSN Didampingi Sekjen PUPR Resmikan Rusun ASN di Ragunan
Juru Bicara Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Ariandi Putra mengatakan, pembobolan akun media sosial merupakan salah satu contoh ancaman keamanan pada perangkat digital.
Dia pun membagikan 8 jenis ancaman keamanan yang perlu masyarakat waspadai.
Pertama, kebocoran Data (Data Leakage). Di mana, sejumlah aplikasi bisa mengakses data-data yang ada di ponsel penggunanya, seperti kontak, penyimpanan, kamera, dan sebagainya. Hal itu dapat menjadi celah bagi para peretas untuk membobol data di ponsel pengguna.
“Oleh karena itu selalu hati-hati saat memasang aplikasi di ponsel kita dan perhatikan akses yang diminta,” kata Ariandi, Selasa (6/12/2022).
Baca juga: BSSN dan FOKSI Edukasi Santri Bahaya dan Ancaman Serangan Siber
Kedua, gangguan pada Wi-Fi (Wi-Fi interference).
Ariandi menyebut, layanan Wi-Fi umum dan gratis yang tersedia di banyak tempat kerap dimanfaatkan masyarakat agar terhubung dengan internet.
Namun, banyak yang tidak tahu apakah jaringan tersebut aman atau tidak.
“Jika terhubung dengan Wi-Fi umum, hindari memasukkan info sensitif atau melakukan transaksi keuangan yang memerlukan data, seperti kartu kredit atau transaksi perbankan,” imbaunya.
Ketiga, Perangkat Lunak yang Tidak Diperbarui (out-of-date devices).
Baca juga: Saling Lempar dengan Kominfo soal Hacker Bjorka, BSSN: Keamanan Siber Tanggung Jawab Bersama
Yakni, perangkat lunak dari setiap aplikasi di ponsel kita biasanya memberikan pembaruan (update) dalam periode waktu tertentu.
Hal itu dilakukan untuk memperbarui versi aplikasi, termasuk di dalamnya pembaruan untuk celah keamanan yang diketahui pernah ada.
“Jika tidak diperbarui, risiko keamanan ponsel kita menjadi lebih besar karena terdapat celah tersebut,” katanya.
Keempat, Kebocoran melalui Perangkat Secara Fisik (physical device breaches).
Ponsel yang tidak dijaga serta tidak dikunci juga bisa menjadi celah kebocoran data.
Hal tersebut memungkinkan ponsel pengguna diakses orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Kelima, Rekayasa Sosial (social engineering).
Dia mengatakan, terkadang tidak perlu teknologi rumit untuk meretas atau mencuri data pribadi seseorang.
Melalui rekayasa sosial, para pencuri data dapat mengelabui korbannya.
“Melalui rekayasa sosial, kita bisa melakukannya dengan misalnya berpura-pura sebagai orang lain untuk menggali informasi pribadi korban, memberikan tautan (link) palsu untuk mengelabui korban, dan sebagainya,” ungkap Ariandi.
Keenam, serangan Cryptojacking (cryptojacking attacks).
Yaitu, Cryptojacking merupakan ancaman keamanan yang relatif baru. Dengan serang ini, seseorang akan menggunakan perangkat korban untuk menambang cryptocurrency tanpa sepengetahuan pemiliknya.
“Ponsel yang mengalami hal ini mungkin akan cepat habis baterainya dan bahkan dapat mengalami kerusakan karena komponen yang terlalu panas,” katanya.
Ketujuh, Pengelolaan Kata Sandi yang Buruk (poor password hygiene). Banyak masyarakat yang menggunakan kata sandi yang mudah ditebak.
Bahkan, penggunaan kata yang sama dilakukan untuk berbagai akun dan tidak mengaktifkan autentikasi dua faktor atau two factor authentication (2FA).
“Ini adalah contoh pengelolaan kata sandi yang buruk, sehingga perangkat dan akun media sosial kita rentan diretas,” ujar Ariandi.
Kedelapan, Penipuan Melalui Iklan Seluler (mobile ad fraud).
Sejumlah aplikasi ponsel disisipi oleh malware, sebuah program yang menyusup ke dalam ponsel untuk melakukan aktivitas tertentu.
Salah satunya adalah menjalankan iklan tertentu yang akan menguntungkan pembuat malware.
“Malware ini dapat berjalan di ponsel kita tanpa kita sadari dan memperlambat kinerja ponsel, menghabiskan baterainya, menimbulkan biaya data yang lebih tinggi, atau menyebabkan panas berlebih,” ungkapnya.
Meski begitu, Ariandi juga membagikan sejumlah kiat aman di ranah digital.
Hal-hal ini perlu diperhatikan untuk melindungi keamanan ponsel.
Pertama, gunakan Jaringan Aman-Waspada saat menggunakan Wi-Fi umum atau gratis, jangan masukkan informasi sensitif di jaringan umum.
Lalu, perkuat keamanan akun mulai dari cek fitur keamanan ponsel, buat kata sandi yang kuat, buat kata sandi yang berbeda-beda untuk setiap akun, gunakan Password Manager untuk menyimpan kata sandi dan qktifkan 2FA untuk setiap akun di media sosial.
Hindari Upaya Phising, dengan waspadai tautan (link) situs web yang mencurigakan, hati-hati dengan peniru identitas, waspadai permintaan informasi pribadi, waspadai surel berisi scam, seperti penawaran hadiah dan eriksa file sebelum diunduh.
Selanjutnya, Lindungi Ponsel dengan selalu perbarui (update) aplikasi di ponsel, jangan pasang aplikasi yang tidak dikenal, gunakan kunci layar di ponsel dan unci ponsel jika hilang.