Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Torehkan Banyak Prestasi, Garin Nugroho Dapat Gelar Kehormatan Doktor Honoris Causa dari ISI Solo

Institut Seni Indonesia Surakarta memberikan penghormatan dan apresiasi atas pencapaian dan prestasi yang telah ditorehkan Garin Nugroho Riyanto

Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Arif Fajar Nasucha
zoom-in Torehkan Banyak Prestasi, Garin Nugroho Dapat Gelar Kehormatan Doktor Honoris Causa dari ISI Solo
Instagram @isi_surakarta
Institut Seni Indonesia Surakarta memberikan penghormatan dan apresiasi atas pencapaian dan prestasi yang telah ditorehkan Garin Nugroho Riyanto (Dok: ISI Surakarta) 

TRIBUNNEWS.COM - Untuk pertama kalinya, Institut Seni Indonesia Surakarta memberikan penghormatan dan apresiasi atas pencapaian dan prestasi yang telah ditorehkan Garin Nugroho Riyanto di dunia Perfilman Indonesia.

Sebagaimana diketahui, Garin Nugroho adalah salah satu tokoh sutradara senior yang secara konsisten berkarya, tidak hanya dalam lingkup penciptaan seni film, tapi ia juga mampu menembus dinding-dinding bidang kesenian lainnya.

Garin Nugroho secara luwes mampu menciptakan produk-produk yang kreatif dan inovatif.

Sebagai manusia yang selalu berkembang, pemikirannya maju ke depan, namun karya-karyanya tetap selalu dekat dengan perspektif kesejarahan Indonesia.

Ia mampu mengkombinasikan banyak ruang kesenian seperti dunia perfilman, seni peran, musik, karawitan, tari, tembang dan seni rupa.

Dengan 'racikan' berbagai bidang kesenian ini, Garin Nugroho mampu mampu menjawab berbagai persoalan dan keresahan masyarakat dalam hal yang lebih luas, baik persoalan pendidikan, agama, ekonomi, budaya bahkan sampai persoalan politik negeri.

Baca juga: Belum Beri Undangan, Garin Nugroho Akan Apresiasi Jika Jokowi Menonton Film Sepeda Presiden

Sehingga, layak jika Garin Nugroho mendapatkan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa atau Dr. (H.C) Bidang Seni Penciptaan Film.

BERITA REKOMENDASI

Pantauan Tribunnews.com di lapangan, penganugerahan yang digelar di ISI Surakarta, Selasa (6/12/2022) ini dilaksanakan di dua lokasi, yakni di Pendopo GPH Joyokusumo dan di Gedung Teater Besar Gendhon Humardani.

Adapun rangkaian acaranya adalah Sidang Senat Terbuka dan pemutaran Film Setan Jawa lengkap dengan gamelan seperangkatnya.

Sidang Senat Terbuka yang digelar di Pendhopo GPH Joyokusumo disaksikan ratusan tamu undangan dan mahasiswa.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut yakni Rektor Dr I Nyoman Sukerna, S.Kar., M.Hum. dan seluruh pejabat tinggi ISI Surakarta.

Beberapa tamu undangan dari instansi pemerintahan maupun swasta juga turut menjadi saksi prosesi pemberian penghargaan ini.

Tak hanya seniman lokal, beberapa selebriti tanah air terlihat hadir dalam kegiatan ini, di antaranya Reza Rahardian, Nicholas Saputra, Prilly Latuconsina, Widi Mulia, Morgan Oey, Asmara Abigail dan lain sebagainya.

Baca juga: Film Sepeda Presiden Menandakan 40 Tahun Garin Nugroho Berkarya

Pada prosesi penyerahan penghargaan ini, Dr. (H.C) Garin Nugroho Riyanto, S.H. terlihat menggunakan pakaian adat Jawa yakni Beskap berwarna merah, lengkap dengan pirantinya jarik, keris dan blangkonnya.

Sebelum acara dimulai, beberapa suguhan acara dipertunjukan.

Mulai dari paduan suara lagu-lagu nasional, tari-tarian sesaji yang ditarikan sembilan orang hingga sambutan-sambutan.

Rektor ISI Surakarta, Dr. I Nyoman Sukerna, S.Kar., M.Hum mengakui Garin selalu menghadirkan narasi-narasi yang menggambarkan fenomena di masyarakat.

"Dapat dikatakan, karya-karya Garin Nugroho adalah ensiklopedia pencapaian seniman-seniman akademisi dari ISI Surakarta," kata I Nyoman dalam pidatonya.

Sementara itu, pada inti acara, Garin Nugroho diberikan kesempatan untuk menyampaikan pidato ilmiahnya.

Bertajuk 'Strategi Budaya Sebagai Oase Masyarakat Sipil Yang Demokratis', Garin menceritakan tentang harapan dan upayanya dalam menjadikan seni sebagai oase kehidupan.

Baca juga: Garin Nugroho Ungkap Panutan Moral Bukan Tanggung Jawab Pembuat Film: Membuat Orang Merenungi Diri

Persoalannya, menghubungkan kebudayaan sekaligus seni dalam perannya memajukan masyarakat sipil yang demokratis, produktif dan kritis, bukanlah suatu kerja kajian yang mudah.

Fenomena yang terjadi di Indonesia, politik dan ekonomi adalah 'Panglima' yakni sebagai prioritas memajukan Indonesia.

Namun, Garin memberikan tawaran bahwa seni dan budaya juga dapat dijadikan sebagai 'Panglima' di Indonesia.

"Mengapa kita tida pernah menyerukan atau menjalankan kebudayaan sebagai Panglima? Kebudayaan sebagai Oase (tempat yang subur bagi kehidupan), yakni sebuah ekositem yang menghidupkan kehidupan layaknya Oase di padang pasir."

"Mengapa kebudayaan bukan menjadi skala prioritas memajukan masyarakat sipil yang demokratis, kritis dan produktif ?, sering kali seni dikecilkan atau tersingkirkan," kata Garin Nugroho.

Garin memahami, bahwa menjawab pertanyaan tersebut tidaklah mudah.

"Tidak mudah (melakukan itu) tapi seperti kata-kata Pramodya Ananta Toer yang mengatakan Segala hal yang dimulai sejak awal dari pikiran kita."

"Padahal, kebudayaan merupakan suatu ekosistem (yang dapat membantu mengedepankan) cara berpikir, bertindak dan bereaksi, baik itu individu atau komunitas, beragam institusi dan negara untuk menjawab tantangan dan masa depan bangsa."

"Ekosistem tersebut berakar pada sains, teknologi dan estetika beserta nilai hidup yang tidak dipisahkan satu sama lainnya untuk mewujudkan peradaban."

"Maka karya seni sebagai bagian tak terpisahkan dari kebudayaan, merupakan manifestasi manusia dalam cara pikir, tindak dan bereaksi baik dalam bentuk karya rupa, seni pertunjukkan, sastra hingga film."

"Ini seperti oase, seperti suatu ekosistem yang menjadi ruang menemukan kesuburan kehidupan," jelas Garin.

Dalam sebuah karya seni, menurut Garin, terkandung gabungan kompleks ilmu pengetahuan baik itu ilmu ekonomi, politik, sosial, teknologi hingga humaniora.

"Peran seni yang didifinisikan dengan begitu banyak istilah, sebutlah peran estetis simbolis dalam hubungan dengan hasrat kemanusiaan yang sering tersembunyi, maupun peran kebenaran ekstensial tidak sekedar keindahan, reperestasi kenyataan, renungan, pertanyaan maupun pembongkaran, atau bahkan interpetasi."

"Pada persepktif ini, seni (dapat memberikan kebebasan) intepretasi, sehingga esensinya menjadi demokrasi," lanjut Garin.

ISI Suarkarta Berikan Penghargaan Gelar Doktor Honoris Causa Kepada Sutradara Garin Nugroho
ISI Surakarta Berikan Penghargaan Gelar Doktor Honoris Causa Kepada Sutradara Garin Nugroho (Dok: ISI Surakarta)

Baca juga: Hadir di Rosi Kompas TV, Garin Nugroho: Kalau Tidak Berdarah Saya Tidak Merasakan Menjadi Manusia

Oleh karena itu, guna mengruaikan lebih jauh strategi budaya sebagi Oase, Garin pun mendokumentasikan pemikirannya melalui sebuah buku.

Buku dengan jumlah halaman 251 ini menghadirkan pembahasan yang menarik.

Adapu di antaranya mengenai kebudayaan Sebagai Oase, Membaca Warisan Resolusi Industri, Hak Masyarakat Atas Peran Seni, Menemukan Beragam Model Srategi Budaya dan Pokok Pikiran yang mendasari Karya.

Garin juga menyertakan perjalanan 41 tahunnya di dunia perfilman Indonesia.

"Mengingat pula film-film saya seperti Tjokoraminoto hingga Nyai berlatar belakang era awal abad 20 atau akhir abad 19."

"Ketika mesin uap menggerakakan peradaban, pabrik-pabrik melahirkan kota-kota hingga gaya hidupnya."

"Sebuah era ketika kerja peradaban hanya berfokus pada penumpukan eknomi dan politik kolonial sebagai skala prioritasnya," kata Garin.

Sutradara Garin Nugroho Diberikan Penghargaan Gelar Doktor Honoris Causa oleh ISI Surakarta
Sutradara Garin Nugroho Diberikan Penghargaan Gelar Doktor Honoris Causa oleh ISI Surakarta (Dok: Instagram @isi_surakarta)

Pemutaran Film Setan Jawa

Menutup acara pemberian gelar penghormatan ini, Garin menyuguhkan sebuah film berjudul 'Setan Jawa'.

Berlatar kehidupan masyarakat Jawa di suatu masa, Garin menceritakan problematika yang terjadi.

Baik persoalan ekonomi masyarakat Jawa pada jaman penjajahan, budayanya, status sosialnya, percintaan, konflik yang terbangun hingga jalan keluar masalahnya.

Melalui Setan Jawa, Garin ingin membangkitkan mitologi Jawa melalui genre horor kontemporer dengan mengambil inspirasi dari film bisu klasik.

Setan Jawa secara dramatis menekankan mistisme dan romantisme dari kisah cinta dan pengorbanan.

Sevara garis besar, film hitam putih ini mengambil peristiwa pesugihan 'Kandhang Bubrah'.

Garin mengelaborakikannya dengan sentuhan makna simbolik dari tarian dan gerakan para aktor, penggarapan karawitan atau musik hingga pemilihan lokasinya. 

Karena film ini film bisu, Garin mengolaborasikan dengan pertunjukan karawitan.

Hal ini dilakukan untuk 'menghidupkan' filmnya, baik itu suasana maupun pemeranan aktornya,

Kendati demikian, Karawitan di film 'Setan Jawa' ini bukan hanya membantu menghidupkan suasana film saja, melainkan karawitan tersebut juga dapat 'hidup' sendiri sebagai tontonan suatu pertunjukan.

Sebagai informasi, para pengrawit atau seniman yang memainkan karawitan ini adalah para dosen dan maestro di bidangnya.

Film ini disambut banyak mahasiswa dan pelaku kesenian lain, bahkan seluruh kursi penuh.

Suara gemuruh tepuk tangan para penonton yang hadir juga mewarnai rentetan penghargaan kepada Garin Nugroho

(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas