KPK: Rektor Nonaktif Unila Profesor Karomani Segera Disidang
Rektor nonaktif Universitas Lampung (Unila) Prof Karomani akan segera memasuki ruang persidangan setelah dilimpahkan ke jaksa penuntut umum.
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rektor nonaktif Universitas Lampung (Unila) Prof Karomani akan segera memasuki ruang persidangan.
Pasalnya, tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah selesai melaksanakan tahap II atau penyerahan tersangka dan barang bukti kepada tim jaksa, hari ini.
"Dari hasil pemeriksaan dan penelitian yang dilakukan tim jaksa atas isi dari berkas perkara penyidikan dinyatakan lengkap dan siap untuk dibawa ke persidangan," kata Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri, Jumat (16/12/2022).
Tahap II juga dilakukan kepada dua tersangka lainnya, yakni Wakil Rektor I Bidang Akademik Unila Heryandi dan Ketua Senat Unila Muhammad Basri.
Ketiganya berperan sebagai tersangka penerima dalam perkara dugaan suap penerimaan calon mahasiswa baru di Unila tahun akademik 2022.
Ali mengatakan, penahanan lanjutan terhadap ketiganya masih dilakukan tim jaksa untuk masing-masing 20 hari kedepan, dimulai 16 Desember 2022 hingga 4 Januari 2023.
Baca juga: KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PKB di Kasus Suap Mahasiswa Unila
Karomani ditahan di Rutan pada gedung Merah Putih, sementara Heryandi dan Basri ditahan di Rutan KPK pada Pomdam Jaya Guntur.
"Dipastikan, pelimpahan berkas perkara dan surat dakwaan ke Pengadilan Tipikor akan dilakukan dalam waktu 14 hari kerja," kata Ali.
Dalam kasus ini, pihak pemberi suap ialah Andi Desfiandi selaku pihak dari mahasiswa.
Perkara Andi saat ini sedang berjalan di persidangan.
Dalam perkaranya, suap diduga terkait penerimaan mahasiswa melalui jalur khusus Seleksi Mandiri Masuk Universitas Negeri Lampung atau Simanila.
Baca juga: KPK: Karomani Tawari Anggota DPR dan Bupati Kemudahan Kelulusan Calon Mahasiswa Unila
Diduga, Karomani memasang tarif Rp100-350 juta bagi calon mahasiswa yang ingin diterima melalui jalur mandiri itu.
Karomani selaku rektor periode 2020-2024 memiliki wewenang salah satunya terkait mekanisme dilaksanakannya Simanila.
Diduga, selama proses Simanila berjalan, Karomani aktif secara langsung menentukan kelulusan peserta.
Namun, praktik itu dibongkar KPK melalui operasi tangkap tangan (OTT).
Pada saat konferensi pers, KPK menyebut nilai suap yang diduga diterima Karomani dkk sekira Rp5 miliar. Uang itu sudah diamankan oleh KPK.
Baca juga: Zulkifli Hasan Disebut Beri Uang dan Titip Keponakan di Unila, Dibenarkan Karomani, Dibantah Mendag
Belakangan, nilai uang yang diduga suap itu bertambah.
Dari penggeledahan di Lampung, penyidik mendapati uang senilai Rp2,5 miliar.
Penggeledahan itu salah satunya dilakukan di kediaman Karomani. Uang tersebut terdiri atas pecahan rupiah, dolar Singapura hingga euro.
Dalam perkara ini, KPK hanya baru menjerat satu orang pemberi suap yakni Andi Desfiandi.
Ia diduga perwakilan keluarga mahasiswa yang diloloskan dalam seleksi mandiri Unila.
Pada saat konferensi pers, disebutkan bahwa Andi Desfiandi diduga memberikan Rp150 juta sebagai fee untuk Karomani dkk.
Bila merujuk pernyataan total suap serta tarif Rp100-350 juta per mahasiswa, maka diduga masih banyak pemberi suap lainnya dalam kasus ini yang belum terungkap.
Kini, perkara tersebut mulai merambah ke kampus lain.
Ada tiga universitas yang digeledah KPK dalam penyidikan kasus ini, yaitu Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Banten; Universitas Riau (Unri), Pekanbaru; dan Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh.
Gedung Merah Putih menyebut penggeledahan itu sebagai tindak lanjut pengumpulan alat bukti untuk perkara Unila. Penggeledahan dilakukan sejak 26 September 2022 sampai dengan 7 Oktober 2022 lalu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.