Pontjo Sutowo: Agama Jadi Sumber Rasa Kemanusiaan dalam Diri Masyarakat Indonesia
Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo mengatakan, agama telah menempati posisi sentral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Agama telah menempati posisi sentral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Kondisi tersebut berbeda dengan kebijakan sekularisme di negara-negara barat yang memisahkan kehidupan beragama dari kehidupan berbangsa bernegara maupun dibandingkan dengan faham komunisme yang tidak percaya adanya Tuhan.
Hal ini dikatakan Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo saat saat Focus Group Discussion (FGD) bertema Peran Agama dalam Memajukan Peradaban Bangsa yang digelar kerjasama Aliansi Kebangsaan dengan Yayasan Suluh Nuswantara Bakti akhir pekan lalu.
Pontjo mengatakan, agama telah menjadi sumber dari rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab dalam diri manusia Indonesia dan menjadi muara dari persamaan kehendak bersatu dalam satu kesatuan bangsa yang beragama di masyarakat Indonesia yang bhineka.
"Agama juga telah memancarkan nilai-nilai moral dan nilai-nilai sosial budaya bangsa sehingga menjadi pedoman berperilaku manusia Indonesia yang beragama," kata Pontjo.
Disebutkan, kebhinekaan agama yang lahir dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia bukanlah satu kondisi hasil rekayasa manusia.
“Kita yakini bahwa ada campur tangan Tuhan di dalamnya,” tutur Pontjo Apalagi Indonesia yang berasal dari berbagai ras, budaya dan agama mampu mempersatukan diri menjadi satu bangsa dan ini tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya kehendak dan ijin Tuhan.
Dari keberagaman ini, para pendiri bangsa Indonesia meletakkan 4 paradigma dasar untuk melaksanakan pembangunan memajukan peradaban bangsa kita, yakni Bhineka Tunggal Ika, Pancasila sebagai konsep Negara Kesatuan RI dan UUD 1945 yang berisi Pembukaan beserta batang tubuh.
Dalam paradigma tersebut sila kesatu Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa telah memancarkan dan menurunkan nilai-nilai turunannya ke dalam empat sila di bawahnya," katanya.
Baca juga: Buku Moderasi Beragama Bahasa Asing, Dubes Jepang: Saya Menemukan Islam di Jepang
Kondisi tersebut berbeda dengan kebijakan sekularisme di negara-negara barat yang memisahkan kehidupan beragama dari kehidupan berbangsa bernegara disana, maupun dibandingkan dengan faham komunisme yang tidak percaya adanya Tuhan.
"Kehidupan beragama di Indonesia justru tidak terpisahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia," katanya.
Pontjo berharap ada masukan dan pandangan dari para pemuka agama di Indonesia dalam situasi maraknya politik identitas yang berkembang di tahun politik menjelang pemilu serentak 2024.
“Peran agama dalam memajukan kesejahteraan umum yang berkeadilan di Indonesia, merupakan satu kunci penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang kita cintai ini,” tandas Pontjo.
FGD yang dimoderatori oleh Iif Fikriyati Ihsani tersebut menghadirkan narasumber Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani, M.A. Kepala OR IPSH BRIN, P. Dr. Philipus Tule, SVD, Rektor Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) dan Drs. I Ketut Murda Sekretaris Bidang Ideologi dan Kesatuan Bangsa PHDI.