Prakiraan Cuaca Ekstrem 21-24 Desember, BMKG: 13 Provinsi Masuk Kategori Status Siaga
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan terdeteksi potensi status siaga terjadinya cuaca ekstrem pada periode 21-24 Desember 2022.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati melakukan prakiraan berbasis dampak dari potensi cuaca ekstrem yang diakibatkan terjadinya empat fenomena secara berbarengan pada periode perayaan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru).
“Dengan empat fenomena yang terjadi bersamaan itu, BMKG melakukan prakiraaan berbasis dampak,” kata Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers yang ditayangkan Kompas TV, dikutip Rabu (21/12/2022).
Berdasarkan prakiraan BMKG tersebut, terdeteksi soal potensi untuk status siaga terjadinya cuaca ekstrem pada periode 21-24 Desember 2022.
Total ada sebanyak 12 provinsi yang masuk kategori siaga cuaca ekstem.
Di antaranya sebagian wilayah Aceh, sebagian wilayah Sumatera Utara, sebagian wilayah Riau, sebagian wilayah Jawa Barat, sebagian wilayah Jawa Tengah, sebagian wilayah Jawa Timur, sebagian wilayah NTT, sebagian wilayah Kalimantan Barat, sebagian wilayah Kalimantan Timur, sebagian wilayah Kalimantan Utara, dan sebagian wilayah Maluku serta sebagian wilayah Papua.
Sementara khusus untuk tanggal 24 Desember, prakiraan siaga berbasis data diprediksi terjadi untuk sebagian wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
“Khusus untuk tanggal 24 Desember, prakiraan siaga berbasis data, diprediksi di sebagian wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan,” tutur Dwikorita.
Baca juga: Prakiraan Cuaca Jabodetabek Hari Ini, Rabu 21 Desember 2022: Jaksel dan Jaktim Hujan Sedang
BMKG juga turut mengingatkan kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk melakukan pencegahan dampak potensi cuaca ekstrem selama periode Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru).
BMKG mengimbau agar memperhatikan kondisi pohon, ranting atau dahan pohon yang rapuh untuk dilakukan pemangkasan.
Selain itu diharapkan adanya penguatan tiang, baliho atau bentuk bangunan rapuh lain agar tidak roboh saat tertiup angin kencang atau dampak lain dari cuaca ekstrem.
Sebelumnya berdasarkan hasil monitoring BMKG, didapati perkembangan kondisi cuaca yang sangat berpotensi menjadi ekstrem saat periode perayaan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru).
Potensi cuaca ekstrem tersebut dipicu oleh sejumlah fenomena anomali dan dinamika atmosfer yang terjadi secara berbarengan. Di antaranya, memicu peningkatan curah hujan hingga lebat dan dikhawatirkan menuju ekstrem.
Baca juga: Selama Arus Mudik dan Balik Nataru, Pemerintah Minta Pengerjaan Proyek Konstruksi di Jalanan Disetop
Fenomena tersebut adalah peningkatan aktivitas monsun Asia yang memicu pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan selatan.
Kemudian, intensifikasi atau semakin intensifnya fenomena seruakan dini Asia yang dapat meningkatkan kecepatan angin permukaan di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan, serta meningkatkan pembentukan awan hujan menjadi lebih intensif di sektiar Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara.
Selain itu, adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah perairan selatan Indonesia yang dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan konvektif yang masif, dan berpotensi menyebabkan hujan intensitas tinggi dan dikhawatirkan dapat mencapai ekstrem.
Kemudian, terpantaunya aktivitas gelombang atmosfer yaitu fenomena Madden Julian Oscillation, yang merupakan fenomena pergerakan arak-arakan awan hujan dari arah Samudera Hindia di sebelah timur Afrika. Pergerakan awan ini memiliki jalur lintas Samudera Hindia menuju Samudera Pasifik tapi melewati Kepulauan Indonesia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.