Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengenal Bripda Maikhel Muskita, Bhayangkara Tinju Indonesia Peraih Emas SEA Games Vietnam 2021

Maikhel Roberrd Muskita, petinju peraih medali emas SEA Games Vietnam 2021 baru saja menuntaskan pendidikan lima bulan di Sekolah Bintara SPN Cisarua.

Editor: Adi Suhendi
zoom-in Mengenal Bripda Maikhel Muskita, Bhayangkara Tinju Indonesia Peraih Emas SEA Games Vietnam 2021
Istimewa
Maikhel Roberrd Muskita (kiri), petinju peraih medali emas SEA Games Vietnam 2021 saat bertanding di atas ring. Kini ia baru saja menuntaskan pendidikan di Sekolah Bintara SPN Cisarua, Bandung, Jawa Barat dan menyandang pangkat Bripda. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTAMaikhel Roberrd Muskita, petinju peraih medali emas SEA Games Vietnam 2021 baru saja menuntaskan pendidikan lima bulan di Seba (Sekolah Bintara) SPN Cisarua, Bandung, Jawa Barat.

Ia pun tampil gagah dalam balutan busana Polri dengan tanda pangkat satu strip berbentuk segitiga perak atau Brigadir Dua (Bripda) tersemat di pundaknya.

Ia sebelumnya menjalani pendidikan bintara Polri sejak Juli, dan selesai Desember 2022.

“Saya bangga dan senang, bisa menjadi anggota Polri,” ujar Maikhel dilansir Jumat (23/12/2022).

Petinju kelahiran Ambon, 11 Januari 2001 itu, berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan memperhatikannya.

Baca juga: Pengurus Cabang Persatuan Tinju Amatir Indonesia Kota Tangsel Baru Dilantik Pengprov Pertina Banten

“Terutama kepada bapak jenderal Komaruddin Simanjuntak. Beliau selalu mengirim pesan dan motivasi selama saya di pendidikan,” ujarnya.

Mayjen TNI Purn Komaruddin Simanjuntak, adalah Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tinju Amatir Indonesia (PP Pertina).

Bripda Maikhel Roberrd Muskita
Bripda Maikhel Roberrd Muskita, petinju peraih medali emas SEA Games Vietnam 2021 baru saja menuntaskan pendidikan lima bulan di Seba (Sekolah Bintara) SPN Cisarua, Bandung, Jawa Barat, Desember 2022.
Berita Rekomendasi

“Jenderal selalu berpesan supaya taat perintah, disiplin, tidak membuat pelanggaran,” kata Maikhel.

Maikhel melaksanakan semua petuah Jenderal Komaruddin.

Baca juga: Chris John Sebut Minat Anak Muda atau Pemuda Indonesia Jadi Atlet Tinju Tinggi

Ia pun berlatih keras serta berdisiplin dan menjauhi pelanggaran.

Tak heran jika ia diangkat menjadi Kepala Polisi Siswa (Kapolsis).

Petinju Bhayangkara

Sebagai anggota Bhayangkara, Maikhel tetap berjiwa petinju.

Melalui kepalan tinjunya, ia bertekad mengharumkan korps Polri dan negara di ring tinju dunia.

Ia terkenang betapa haru dan bangga, saat bendera merah putih dikerek pada posisi teratas di SEA Games Vietnam atas namanya sebagai peraih medali emas kelas berat-ringan 75-81 kg.

Bersama para petinju potensial lain, seperti Farrand Buyung Papendang dan Israellah Bonita Athena Saweho, nama Maikhel Muskita pun sudah terdaftar sebagai peserta SEA Games Kamboja tahun 2023.

Jika pada SEA Games Vietnam Pertina berhasil meraih satu emas, di Kamboja Pertina menargetkan dua medali emas.

Baca juga: Kemenpora Puji Prestasi Tim Badminton dan Tinju Indonesia di SEA Games 2022

Satu di antaranya diharapkan kembali didulang oleh Maikhel.

“Sebagai atlet, saya siap. Sebagai anggota Polri, saya harus mendapatkan izin atasan. Semoga saja pak jenderal (Ketua Umum PP Pertina Mayjen TNI Purn Komaruddin Simanjuntak, red) dan pengurus Pertina berhasil memintakan dispensasi agar saya bisa mulai berlatih dan masuk Pelatnas,” ujar Maikhel.

Atas target emas di SEA Games Kamboja tahun depan, Maikhel menyatakan siap.

“Target emas akan saya jadikan pedoman. Saya optimis dan akan berjuang untuk itu,” tekadnya.

Ikuti Pelatih

Sebagai petinju, ia tunduk dan mengikuti arahan pelatih.

Termasuk, strategi yang diterapkan.

Sekalipun, misalnya, ia harus pindah kelas.

“Tim pelatih yang tahu peta kekuatan lawan. Tim pelatih pula yang mengetahui saya harus bertanding di kelas berapa. Semua terserah pelatih. Saya hanya berlatih dan berlatih,” katanya.

Pindah kelas, bukan hal baru baginya.

Ia mencontohkan, di PON XX Papua, mewakili Jawa Barat, ia menyabet medali emas di kelas menengah (69–75 kg).

Bahkan mengikuti kejuaraan tinju amatir internasional di Budapest, Hungaria tahun 2017, pelatihnya menurunkannya di kelas 64 kg.

“Itu adalah pengalaman internasional pertama saya. Meski tidak berhasil meraih medali, tapi saya puas bisa masuk delapan besar,” kata Maikhel.

Keberangkatannya ke Budapest, berkat jasa manajernya, Wolter Rumsori. “Beliau banyak membantu karier saya di ring tinju.

Pak Wolter Rumsori pula yang membawa saya dari Ambon ke Jakarta,” tambahnya.

Sejak mengenal boxing glove, tekadnya bulat menuju olimpiade.

Ia prihatin, sudah empat olimpiade, Indonesia tidak bisa mengirim atlet tinjunya.

Terakhir kali Indonesia meloloskan petinjunya pada Olimpiade Sydney tahun 2000, atau 22 tahu silam.

Doktrin Ayah

Terlahir dengan nama Mikhael Gerarrd Muskita, ia adalah anak tunggal pasangan Yohannes Muskita dan Henderjeta Mattruty.

Ibunya wafat saat ia masih balita. Ia pun dibesarkan oleh sang ayah di kampung Aer Jatuh-Jatuh, Kelurahan Batu Gajah, Kecamatatn Sirimau, sekitar 15 km dari kota Ambon.

Sebelum ia lahir ke dunia, ayahnya adalah petinju yang bernasib malang.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, nasib nahas menimpa Yohannes muda.

Dalam sebuah tragedi tak diundang, tangan kanannya putus terkena sabetan parang di kampung Musik Tuni, Ambon.

Saat peristiwa nahas itu terjadi, nama Yohannes Muskita kesohor di Ambon sebagai salah satu petinju amatir masa depan.

Jika nasib malang tidak menimpanya, ia diperhitungkan bakal merajai ring tinju era 90-an.

Syahdan, ketika ia menikah dan dikaruniai seorang putra, harapan kembali membuncah.

Lewat kepalan tangan anaknya, ia berharap obsesinya tersalurkan.

Telebih, setelah tak lagi bertinju, Yohannes sempat membangun sasana tinju yang diberinya nama “Subur”.

“Dulu banyak petinju berlatih di sansana Subur, tapi sekarang sasana itu sudah tidak ada,” kata Maikhel.

Kenal dan diperkenalkan tinju sejak usia tiga tahun, lalu berlatih tinju sejak kelas 3 SD, membuat Maikhel kenyang asam-garam ring tinju, meski usianya baru 21 tahun.

“Sejak saya kecil, ayah sudah mendoktrin agar saya menjadi petinju besar. Bisa bertinju di olimpiade dan mengukir prestasi tingkat dunia,” ujarnya.

Maikhel juga belajar dari sejarah. Betapa Maluku pernah menjadi “gudang” petinju. Nama-nama besar seperti Hermansen Ballo, Wim Gommies, Noce Thomas, Albert Papilaya dan lain-lain, adalah petinju legendaris yang telah mengharumkan “merah-putih”.

Patah satu tumbuh seribu, petinju-petinju Maluku tak juga pupus.

Pemerintah Provinsi Maluku sendiri sudah mencanangkan untuk mengembalikan kejayaan tinju Maluku seperti era 70-an dan 80-an.

Saat ini, di dunia tinju profesional, tercatat petinju asal Buru, Maluku, Ongen The Hawk Saknosiwi yang berprestasi internasional.

“Saya mengagumi para senior. Semua petinju senior saya jadikan cermin untuk belajar. Termasuk petinju wanita kita, Israellah Saweho yang sangat bagus prestasinya,” katanya.

Saat ditanya tentang kemungkinan berkarier di tinju profesional, Maikhel menepis.

“Belum terpikirkan. Fokus saat ini adalah berkarier di olimpiade atas nama merah-putih,” ujar pengagum petinju Amerika Floyd Mayweather Jr itu. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas