Hari Ini Tepat 18 Tahun Tsunami Aceh: Begini Detik-detik Bencana Mematikan Itu Datang di Minggu Pagi
Gempa bumi tersebut juga memicu gelombang tsunami dengan ketinggian lebih dari 30 meter.
Editor: Malvyandie Haryadi
Fenomena unik air surut pascagempa membuat sebagian masyarakat di daratan Aceh antusias pergi ke pantai mengumpulkan ikan yang tergeletak.
Padahal itu merupakan tanda-tanda tsunami yang belakangan diketahui oleh banyak orang.
Meski demikian, kala itu tidak diketahui oleh kebanyakan masyarakat di Aceh, hal yang berbeda dengan masyarakat di Pulau Simeulue.
Kearifan lokal melalui Nafi-Nafi Smong (cerita rakyat tentang tsunami 1907) membuat masyarakat sadar akan mitigasi dan peringatan dini bencana.
Sehingga budaya smong berdampak terhadap pengurangan risiko bencana di sana, hanya tujuh orang saja yang meninggal dunia akibat tsunami 2004 di Simeulue.
Sementara secara keseluruhan, sebanyak 133.153 orang meninggal dunia (dalam versi lain ditulis 230.000 jiwa) akibat tsunami Aceh 2004.
Data tersebut sudah termasuk dari negara-negara lain yang ikut terdampak.
Sebanyak 525.00 penduduk mengungsi, sebagian rumah dan harta bendanya disapu ganasnya gelombang tsunami.
Namun yang lebih menyakitkan, mereka yang anak kehilangan ayah dan ibunya, orang tua yang kehilangan anak kesayangannya.
Kemudian ada juga abang yang kehilangan adik kandungnya, si bungsu yang kehilangan kakaknya.
Sejak pagi itu, banyak jiwa yang menjadi kelam, trauma hingga sedih berkepanjangan sebelum kemudian bangkit lagi karena meyakini semua ini adalah ujian dari yang Maha Kuasa.
Bahkan hingga 18 tahun berlalu, gempa dan tsunami Aceh masih menyisakan banyak luka bagi para korban.
Masih banyak anak yang menangis mengingat ayah dan ibu tersapu gelombang muntahan air laut kala itu, bahkan ada dihanyutkan gelombang tsunami di depan mata kepala mereka sendiri.
Masih banyak orang tua yang menitikan air mata bila mengingat masa-masa kelam itu.