Kaleidoskop Tragedi Kanjuruhan: Kelamnya Sepakbola Tanah Air, 135 Orang Meninggal Dunia
Banyaknya korban meninggal, karena lebih dari 20 menit berdesak desakan di pintu ke luar stadion.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Tahun 2022 adalah tahun yang kelam bagi Sepakbola tanah air, bahkan dunia.
Bagaimana tidak, lebih dari 700 orang menjadi korban kerusuhan di dalam Stadion Kanjuruhan, Malang usai laga Arema FC Vs Persebaya pada lanjutan Liga 1 yang berlangsung Sabtu 1 Oktober 2022.
Baca juga: Kuasa Hukum Korban Tragedi Kanjuruhan Beberkan 3 Fakta Irjen Nico Afinta Layak Disidang Etik
Dari jumlah tersebut sebanyak 135 diantaranya meninggal dunia.
Peristiwa yang kemudian disebut tragedi Kanjuruhan itu berawal dari merangsaknya penonton ke dalam lapangan usai pertandingan berkahir.
Pertandingan yang digelar pada pukul 20.00 WIB tersebut sebenarnya berjalan lancar. Situasi mulai tak terkendali setelah wasit meniupkan peluit tanda berakhirnya pertandingan dengan hasil kemenangan tim tamu Persebaya dengan skor 3-2.
Langkah penanganan yang dilakukan aparat dengan menembakan gas air mata disebut menjadi pemicu paniknya supporter yang kemudian berdesak-desakan ke luar stadion. 11 aparat diidentifikasi melakukan penembakan gas air mata, yang sebagian diantaranya diarahkan ke tribun penonton.
Tembakan tersebut menyebabkan kondisi semakin chaos. Kepulan asap, orang berlarian dan teriakan histeris menyelimuti stadion Kanjuruhan pada malam nahas itu. Jasad para supporter ditemukan di sejumlah pintu masuk yang sebagian besar berada di pintu 3, 9, 10, 11, 12 dan 13 stadion.
Baca juga: Piala AFF 2022: Pesan Tragedi Kanjuruhan Disuarakan di Laga Timnas Indonesia vs Kamboja
Berdasarkan hasil investigasi, banyaknya korban meninggal, karena lebih dari 20 menit berdesak desakan di pintu ke luar stadion. Di satu sisi, pintu ke luar stadion sangat sempit karena belum sepenuhnya terbuka. Korban meninggal disebabkan oleh patah tulang, trauma, kepala retak, dan asfiksia.
Banyaknya korban membuat tragedi Kanjuruhan masuk ke dalam dua besar bencana Sepak Bola paling dahsyat di dunia, setelah tragedi Estadio Nacional di Peru yang memakan korban 328 jiwa. Setelah Kanjuruhan, kemudian ada tragedi Ghana pada 2001 lalu yang menewaskan 126 orang.
Tragedi Kanjuruhan kemudian mendapat sorotan tidak hanya di dalam negeri melainkan juga luar negeri. Media internasional banyak memberitakan kejadian kelam tersebut.
Baca juga: Kejagung Belum Temukan Niat Jahat Eks Dirut PT LIB di Kasus Tragedi Kanjuruhan
Presiden FIFA Gianni Ifantino langsung menyampaikan belasungkawa sehari pasca peristiwa. Menurutnya tragedi tersebut merupakan peristiwa yang sangat kelam.
"Bersama FIFA dan komunitas sepak bola global, semua pikiran dan doa kami bersama para korban, mereka yang telah menjadi korban terluka, bersama rakyat Republik Indonesia, Konfederasi Sepak Bola Asia, Persatuan Sepak Bola Indonesia, dan Liga Sepak Bola Indonesia, pada masa yang sulit ini," katanya dikutip dari situs resmi FIFA, (2/10/2022).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemudian memberikan perhatian serius terhadap Tragedi Kanjuruhan. Presiden berharap Tragedi Kanjuruhan menjadi yang terakhir dalam sepak bola di Indonesia.
Presiden kemudian memerintahkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk mengusut tuntas peristiwa tersebut. Selain itu Presiden memerintahkan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali dan Ketua Umum PSSI M Iriawan melakukan evaluasi terhadap penyelenggaran Sepakbola di Indonesia.
Tidak cukup sampai disitu Presiden kemudian membentuk tim gabungan independen pencari fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan Malang yang diketuai oleh Menkoplhukam Mahfud MD untuk mengungkap kasus tersebut secara tuntas.
Baca juga: Polri Sebut Eks Dirut PT LIB Tak Lagi Berstatus Tersangka Kasus Kanjuruhan dan Segera Keluar Rutan
Selain Mahfud tim tersebut terdiri dari Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali sebagai Wakil Ketua, Nur Rochmad sebagai sekretaris serta Rhenald Kasali, Sumaryanto, Akmal Marhali, Anton Sanjoyo, Nugroho Setiawan, Doni Monardo, Suwarno, Sri Handayani, Laode M. Syarif, dan Kurniawan Dwi Yulianto sebagai anggota.
Dalam investigasinya Mahfud mengatakan terdapat saling lempar tanggungjawab atas tragedi Kamjuruhan antara pihak-pihak yang terlibat mulai dari PSSI, PT LIB, Panitia Pelaksana, dan Broadcaster, dan lainnya.
Aparat menilai bahwa kerusuhan terjadi karena supporter masuk ke dalam lapangan dan bertindak anarkis. Sementara PSSI menilai tragedi Kanjuruhan terjadi karena panitia pelaksana membiarkan jumlah penonton yang melebihi kapasitas.
Berdasarkan hasil investigasi yang diserahkan ke Presiden, TGIPF mendapatkan banyak temuan dalam tragedi Kanjuruhan. Diantaranya jatuhnya korban disebabkan oleh tembakan gas air mata.
Proses jatuhnya korban dalam tragedi tersebut kata Mahfud juga lebih mengerikan. TGIPF pun merekomendasikan agar Polri melanjutkan penyelidikan atas tragedi Kanjuruhan.
"Tadi digarisbawahi oleh Bapak Presiden, Polri supaya meneruskan penyelidikan tindak pidana terhadap orang-orang lain yang juga diduga kuat terlibat dan harus ikut bertanggung jawab secara pidana di dalam kasus ini," kata Mahfud (14/10/2022).
TGIPF dalam laporannya juga menyatakan bahwa pengurus PSSI mesti bertanggung jawab atas tragedi Kanjuruhan. TGIPF bahkan merekomendasikan ketua umum dan anggota Komite Eksekutif PSSI mundur.
Baca juga: Pemerintah Ungkap Alasan Melanjutkan Kompetisi Liga 1 yang Sempat Tertunda Karena Tragedi Kanjuruhan
Enam orang telah ditetapkan sebagai tersangka atas kejadian tersebut. Mereka diantaranya mantan Direktur Utama PT LIB Ahkmad Hadian Lukita, Ketua Panpel Arema Arema FC Abdul Haris, Security Officer Suko Sutrisno, Danki 3 Brimob Polda Jatim AKP Hasdarmawan, Kabag Ops Polres Malang Kompol Wahyu Setyo Pranoto, dan Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi.
Lima dari enam tersangka tersebut akan disidangkan di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Hanya Akhmad Hadian Lukita yang berkas perkaranya belum lengkap.
17 Jaksa Penuntut Umum (JPU) siap menangani persidangan tersebut.
Tragedi Kanjuruhan menjadi momentum untuk melakukan reformasi sepak bola tanah air. FIFA akan ikut membantu transformasi sepak bola di Indonesia.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa FIFA akan lama berkantor di Indonesia. Keberadaan FIFA di Indonesia sampai dengan tranformasi sepakbola di Indonesia rampung.
Baca juga: Laporan Ditolak, Korban Tragedi Kanjuruhan Bakal Buat Pengaduan Masyarakat ke Kabareskrim Polri
FIFA akan lama di Indonesia karena ingin berinvestasi banyak pada Sepakbola tanah air. Investasi yang dimaksud berkaitan dengan penyelenggaraan sepakbola mulai dari standar stadion, standar keselamatan, juga terkait manajemen suporter.
“Kami ada di sini untuk tinggal, bekerja dalam kemitraan yang erat dengan pemerintah Indonesia, dengan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), dengan Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI), untuk mentransformasi dan mereformasi sepak bola, sebab sepak bola seharusnya tentang kegembiraan dan kebahagiaan,” kata Presiden FIFA saat bertemu Presiden Jokowi di Istana Jakarta, Selasa, (18/12/2022).