Penasihat Hukum Ferdy Sambo Sebut Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Rapuh
Febri mengungkapkan poin yang paling penting adalah Pasal 340 pembunuhan berencana itu wajib dalam keadaan yang tenang.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Malvyandie Haryadi

Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengacara keluarga Ferdy Sambo, Febri Diansyah menyebutkan bahwa dakwaan Jaksa Penuntut Umum untuk kliennya rapuh.
Adapun Jaksa Penuntut Umum mendakwa Ferdy Sambo Pasal 340 subsidair Pasal 338 juncto Pasal 55 KUHP.
"Ahli yang dihadirkan yang sama-sama kita simak tadi itu menurut kami melengkapi proses pembuktian saksi atau yang lainnya," kata Febri di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (3/1/2023).
"Dari analisis kami membuktikan bahwa dari dakwaan jaksa itu tidak terbukti satu persatu sampai di ujung ini. Jadi tidak berlebihan kami berpandangan dakwaan jaksa rapuh sebenernya terkait pasal 340 atau 338," sambungnya.
Kemudian Febri mengungkapkan poin yang paling penting adalah Pasal 340 pembunuhan berencana itu wajib dalam keadaan yang tenang.
"Keadaan tenang itu wajib dalam semua tahapan mulai dari memikirkan rencana, mempersiapkan bagaimana pembunuhan akan dilakukan dan sampai pada melakukannya," jelasnya.
Febri melanjutkan jadi kalau ada pembunuhan berencana wajib dibuktikan semua tahapan itu harus dilakukan dalam keadaan tenang.
Tidak bisa dikatakan pembunuhan berencana kalau dilakukan dalam keadaan situasional
"Ferdy Sambo tidak dalam keadaan tenang dibuktikan oleh keterangan psikologi forensik, kedua alat bukti surat dan ketiga beberapa saksi yang melihat Ferdy Sambo menangis setelah mengetahui kejadian di Magelang," tutupnya.
Baca juga: Viral Pria Diduga Hakim Wahyu Iman Santoso Curhat Kasus Ferdy Sambo ke Wanita, Ini Kata PN Jaksel
Sebelumnya dalam persidangan ahli hukum pidana dari Universitas Hasanuddin, Said Karim menilai bahwa perlu adanya ketenangan pelaku dalam perkara pembunuhan berencana dari mulai niat hingga eksekusi.
Hal itu diungkapkan Said Karim saat dihadirkan sebagai ahli meringankan oleh tim kuasa hukum Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi. Dalam lanjutan sidang pembunuhan berencana Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J, di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Selasa (3/1/2023).
"Tentu saja yang bapak penasihat hukum pertanyaankan ada dalam dakwaan tuduhan pembunuhan berencana. Jadi ketenangan itu harus mulai saat timbulnya niat melakuan pembunuhan dan pelaksanaan," kata Said di persidangan.
Said melanjutkan kemudian memikirkan bagaimana bentuk pembunuhan itu dilakukan dengan cara bagaimana, di mana akan dilakukan dan kapan waktunya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.