Pilunya Hidup Pangeran Harry Pasca Kematian Diana dibeberkan dalam Memoar 'Spare'
Pangeran Harry baru saja merilis memoarnya berjudul 'Spare' yang mengisahkan rasa kehilangan ibunya, kehilangan kepercayaan pada keluarganya.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Duke of Sussex Pangeran Harry baru saja merilis memoarnya berjudul 'Spare' yang mengisahkan rasa kehilangan ibunya, kehilangan kepercayaan pada keluarganya hingga kehilangan keperawanannya.
Ini merupakan 'memoar bom' yang menimbulkan kontroversi dan seolah memuntahkan masalah hidupnya selama ini.
Dikutip dari laman BBC News, Sabtu (7/1/2023), kisah hidup Pangeran Harry menggambarkan perjuangan kakaknya, mengkonsumsi obat-obatan psikedelik, perselingkuhannya, dan sikap tidak ingin ayahnya menikah lagi.
Baca juga: Klaim Bunuh 25 Milisi Taliban, Pangeran Harry Dianggap Telah Berbalik Melawan Militer
Buku itu tidak hanya memuat tentang seks, obat-obatan dan keributan kaum bangsawan.
Namun juga lapisan kesedihan mendalam yang hingga kini belum terselesaikan, mengacu pafa 'ketidakhadiran' sang ibu, mendiang Putri Diana yang tewas dalam kecelakaan tragis saat Harry masih kecil.
Pandangan Pangeran Harry sudah jelas sejak awal lembaran buku ini dibuka, buku ini didedikasikan kepada sang istri, Meghan Markle, anak-anak mereka Archie dan Lilibet, dan 'tentu saja' mendiang Putri Diana.
Tidak ada hal apapun yang ia sampaikan untuk saudara laki-lakinya, Prince of Wales Pangeran William, dan sang ayah yakni Raja Charles III, maupun saudara iparnya, Princess of Wales Catherine 'Kate' Midleton.
Baca juga: Pangeran Harry Dedikasikan Bukunya untuk 4 Orang, Tak Ada Nama Pangeran William atau Raja Charles
Selain itu, terungkap pula bahwa sparring bersaudara saling memanggil dengan sebutan 'Harold dan Willy'.
Dalam detail lainnya yang muncul, Pangeran Harry mengaku bahwa ia kali pertama mengetahui bahwa meninggalnya sang nenek, mendiang Ratu Elizabeth II, yakni dari situs web BBC News di ponselnya.
Peluncuran buku kontroversial ini telah disusul oleh berbagai kebocoran dan kemunculan prematurnya di Spanyol, yang memungkinkan media termasuk BBC, untuk mendapatkan salinan sebelum publikasi resmi.
Secara keseluruhan, yang tampak jelas dalam memoar ini adalah kemarahan yang masih dirasakan Pangeran Harry tentang sebagian besar hidupnya sebagai seorang bangsawan muda dan bagaimana kepahitan itu terus membentuk hubungannya yang sulit dengan Keluarga Kerajaan.
Ia berbicara dalam buku itu bahwa dirinya ditinggalkan dengan warisan 'serangan panik yang mengerikan' dan 'kecemasan bermandikan keringat' yang ia rasakan tentang bagaimana caranya untuk tampil dan berbicara di depan umum.
Sebuah petunjuk untuk memahami perasaan Pangeran Harry yang jelas mengenai urusan yang belum selesai dapat dilihat dari kutipan Penulis Amerika Serikat (AS) William Faulkner yang digunakan untuk memulai sebuah bab, yakni 'Masa lalu tidak pernah mati, itu bahkan belum usai'.
Itu adalah garis yang digunakan oleh Presiden ke-44 AS Barack Obama sebelum menjadi presiden, dan itu mengalir melalui memoar ini seperti tulisan pada sebuah batu.
Itu adalah masa lalu yang mendominasi masa kininya, rasa kehilangan sang ibu dan kemudian gagal mendapatkan dukungan yang ia harapkan.
Ini adalah versi peristiwa Pangeran Harry, namun Istana Kensington dan Istana Buckingham menolak untuk berkomentar.
Diana, dalam ketidakhadirannya, merupakan salah satu karakter terbesar dalam cerita ini.
Pangeran Harry yang menyebut Diana sebagai 'mumi', pergi menemui seorang wanita dengan kekuatan khusus yang mungkin melakukan kontak dengan ibunya.
Sang Pangeran kemudian memperoleh sopir untuk membawanya melewati terowongan di Paris, Prancis, di mana ibunya meninggal dalam kecelakaan mobil pada 1997.
Ia berharap dapat menutup 'dekade rasa sakit yang tak henti-hentinya', namun ini hanya membuatnya merasa lebih berduka.
Harry pun kembali melewati terowongan itu bersama Pangeran William dan mengklaim bahwa tidak ada satu pun dari mereka yang yakin terhadap laporan resmi kecelakaan yang ia sebut sebagai 'penghinaan' dan menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.
Buntut kematian Putri Diana tampaknya telah meninggalkan perpecahan antara Harry dan ayahnya yang kini menjadi penguasa Monarki Inggris.
Harry ingat bahwa ayahnya tidak memeluknya saat ia menyampaikan kabar bahwa Diana telah meninggal, hanya duduk di tempat tidurnya di Kastil Balmoral.
Dan dirinya menggambarkan perjalanan traumatis di belakang peti mati sang ibu, orang-orang pun banyak yang berusaha menjangkaunya dan itu membuatnya merasa tidak bisa menangis di depan umum.
Pangeran Harry bahkan masih memimpikan ibunya kembali, ya g mungkin muncul secara diam-diam mengenakan wig pirang dan kaca mata hitam.
"Mungkin ia akan muncul pagi ini," pikir Harry.
Baca juga: Bocoran Buku Terbaru Pangeran Harry: Pangeran William Disebut Lakukan Serangan Fisik kepada Adiknya
Saat sang ayah memperkenalkan Camilla kepada dirinya dan William, ia kemudian berbicara tentang rasa takut terhadap sosok ibu tiri yang jahat dan tampaknya putus asa untuk bisa menghindari kenyataan 'melihat orang lain menikah dengan ayahnya'.
Dampak dari tahun-tahun awalnya dan tantangan tumbuh di tengah sorotan publik pun dijelaskan secara jelas, termasuk bagaimana dirinya akhirnya mengkonsumsi kokain pada usia 17 tahun.
Isu lain yang tidak mungkin muncul dalam memoar kerajaan sebelumnya adalah tentang bagaimana ia 'kehilangan keperawanannya' saat berpesta di belakang pub dengan 'wanita tua yang sangat menyukai kuda dan memperlakukan saya seperti kuda jantan muda'.
Begitulah keanehan dan pengawasan pada kehidupan masa mudanya, sehingga ia akhirnya menyambut baik pelayanan di Afghanistan karena bebas dari pengawalan yang biasa ia dapatkan sebagai seorang bangsawan.
"Saya menikmati rasa normal," jelas Harry, tentang kesannya hidup tanpa gelar atau pengawal.
Saat bertugas di Afghanistan, ia mengaku telah membunuh 25 pejuang Taliban.
"Itu bukan fakta yang membuatku puas, tapi juga tidak membuatku malu," tegas Harry.
Banyak perhatian telah diberikan pada konflik yang lebih domestik antara Pangeran Harry dan Pangeran William, serta menunjukkan ketegangan dalam hubungan mereka.
Harry menggambarkan saudara laki-lakinya sebagai 'kekasih' dan 'musuh bebuyutannya'.
Konflik ini memuncak dengan klaim bahwa Pangeran William 'secara fisik menyerang saudaranya', mendorongnya ke tanah setelah pertengkaran di mana William dilaporkan menyebut Meghan 'sulit diatur dan kasar'.
Terungkap pula kisah tentang bagaimana Harry mencari informasi tentang kondisi kesehatan dan kabar kematian nenek kesayangannya, mendiang Ratu Elizabeth II.
Ia mengaku bahwa dirinya dipanggil oleh sang ayah untuk menyampaikan kabar bahwa kesehatan sang nenek memburuk.
Namun saat Harry berencana untuk pergi ke Kastil Balmoral, Raja Charles mengatakan bahwa Harry diharapkan untuk tidak membawa Meghan.
Saat pesawatnya akan mendarat di Skotlandia, Harry menyadari fakta bahwa sang nenel telah tiada dan sang ayah kini telah naik takhta sebagai Raja Inggris.
"Saya melihat situs BBC, nenek saya telah meninggal dan ayah saya adalah seorang Raja," kata Harry.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.