Kreativitas Kunci Bagi Perbukuan Nasional Pertahankan Eksistensinya di Era Digitalisasi
Kreativitas jadi kunci untuk terus menerbitkan buku sehingga dunia perbukuan Indonesia tetap maju di tengah persaingan melawan digitalisasi.
Penulis: Johnson Simanjuntak
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kreativitas jadi kunci untuk terus menerbitkan buku sehingga dunia perbukuan Indonesia tetap maju di tengah persaingan melawan digitalisasi di berbagai bidang.
"Penerbit harus kreatif dalam mempertahankan eksistensinya menerbitkan buku-buku yang menjadi andalan untuk penjualan," ujar Manajer Marketing Group Prenada Media, Endah M, dalam perbincangan dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat–Akademi Televisi Indonesia (LPPM-ATVI), Kamis (12/1/2023).
Situasi perbukuan nasional cukup berat, termasuk buku-buku perguruan tinggi.
Meski demikian, harus terus mencari terobosan-terobosan baru sehingga mampu bertahan.
Endah menjelaskan pihaknya mendatangi kampus-kampus di seluruh Indonesia untuk menemui para dosen yang juga penulis, mendatangi kementerian, lembaga–lembaga negara, BUMN, maupun perorangan yang akan menulis buku.
“Dengan ‘jemput bola’ kita akan mendapat naskah bagus, juga peluang kerja sama penerbitan,” katanya.
Baca juga: Lagu Mangku Buku Kolaborasi Nur Bayan dan Farel Prayoga Trending di Youtube
Endah yang sudah lebih 25 tahun bergelut di dunia penerbitan buku mengakui beberapa tahun ini, terutama ketika pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia dan Indonesia juga terdampak maka penerbitan buku merupakan salah satu sektor yang sangat terdampak.
Situasi ini ditambah dengan berkembangnya internet dan digitalisasi yang membuat penerbitan buku cetak sangat terdampak.
“Ada celah yaitu penerbitan melalui flatfoms digital atau e-book, tapi potensinya masih kecil,” katanya.
Endah yang juga pengurus IKAPI ini bersyukur, sebab Group Prenada Media masih terus menerbitkan buku-buku teks perguruan tinggi yang dibutuhkan masyarakat, khususnya kalangan perguruan tinggi, sehingga ikut membantu proses peningkatan mutu pendidikan tinggi di Indonesia.
Namun demikian, kegalauan tidak bisa dipungkiri dalam menghadapi naik-turunnya penjualan buku yang diterbitkan, terutama soal pembajakan.
“Pembajakan buku walau bagaimana pun akan merusak rantai proses penerbitan dan penjualan buku, sementara mereka para pelaku pembajakan buku dengan seenaknya mengambil jalan pintas untuk kepentingan keuntungan mereka," kata Endah.
Untuk menghadapi pembajakan itu, kata Endah pihaknya mengambil berbagai cara, misalnya memberi diskon harga yang bagus kepada mahasiswa dan dosen. Selain itu terus mengkampanyekan bahwa membeli buku bajakan merusak dan membahayakan dunia perbukuan Indonesia.