PSI Kembali Ditinggal Kadernya, Pengamat: Menunjukkan Soliditas di Tubuh Kepengurusan Sangat Lemah
Pengamat membeberkan pandangannya soal Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali ditinggalkan kadernya untuk kesekian kalinya.
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali ditinggalkan kadernya untuk kesekian kalinya.
Terbaru, Ketua DPW PSI DKI Jakarta, Michael Victor Sianipar keluar dari partai yang dipimpin Giring Ganesha itu.
Michael kemudian memilih bergabung ke Partai Persatuan Indonesia (Perindo).
Terkait keluarnya kader PSI dari partainya, pengamat politik dari Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro memberikan pandangannya.
Menurutnya, dinamika terjadi di PSI menjelang Pemilu tahun 2024 memang sangat mengejutkan.
Pengunduran diri dari sejumlah pendiri dan kader PSI seperti Rian Ernest dan Michael Sianipar tentu saja merupakan kabar buruk bagi PSI.
Baca juga: Eks Ketua PSI Jakarta Michael Sianipar Gabung Perindo, Pengamat: Dia Punya Rekam Jejak yang Bagus
"Alih-alih semakin solid menjelang pemilu tahun 2024 hal itu justu menunjukkan soliditas di tubuh kepengurusan PSI sangat lemah," kata Bawono kepada Tribunnews.com, Kamis (26/1/2023).
Bawono melanjutkan penjelasannya, pengunduran diri itu bisa juga diterjemahkan cara berpolitik PSI selama ini sangat kontraproduktif bagi peningkatan elektoral PSI.
Pengunduran diri kader PSI bisa juga diterjemahkan sebagai cara dari kader-kader tersebut menunjukkan sikap cara berpolitik dari PSI selama ini sangat kontraproduktif bagi peningkatan elektoral PSI.
Hasil temuan survei dari berbagai lembaga menunjukkan elektabilitas PSI tidak kunjung menjanjikan dalam kurang dari 480 hari jelang pemilu ini.
"Hasil survei Indikator periode tanggal 1- 6 Desember 2022 menunjukkan tingkat elektabilitas PSI masih belum mampu mencapai satu persen," papar Bawono.
Terkait kondisi di tubuh kepengurusan PSI, Bawono memberikan sejumlah sarannya.
Pertama jauh lebih baik bagi PSI untuk lebih berfokus pada kerja-kerja politik menggarap konstituen di tingkat akar rumput ketimbang membuat manuver-manuver politik di tingkat nasional.
Kedua soal mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden, juga bukan hal penting dan perlu dilakukan oleh PSI.