Komisi IX DPR Ajak Semua Pihak Bantu Presiden Turunkan Angka Stunting Hingga 14 Persen di 2024
Angka stunting terus mengalami penurunan sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjabat pada 2014 lalu
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Angka stunting terus mengalami penurunan sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjabat pada 2014 lalu
Tercatat, di saat menjabat angka kasus stunting di Indonesia mencapai 37 persen dan kemudian mengalami penurunan hingga 21,6 persen di 2022.
Guna menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang handal, Presiden Jokowi menargetkan angka stunting turun dititik 14 persen di tahun 2024.
Target ini agar SDM Indonesia di tahun-tahun mendatang semakin baik dan bisa bersaing.
Menanggapi target Presiden Jokowi, Anggota Komisi IX DPR RI Darul Siska mengatakan, target Presiden untuk menurunkan angka stunting bukanlah hal mudah, jika tidak ada kerjasama antar semua lembaga, baik eksekutif maupun legislatif.
Apalagi, target Presiden ini untuk menunjang SDM Indonesia lebih baik ke depan dan kompetitif.
“Kami berharap target itu bisa dicapai, karena penurunan stunting ini bukan persoalan biasa, kita berharap nanti ada bonus demografi dan Indonesia Emas tercapai, namun jika kasus stunting tidak menjadi perhatian, maka itu akan menjadi impian belaka,” kata Darul Siska kepada wartawan, Selasa (31/1/2023).
Menurut Darul Siska, langkah pemerintah untuk menurunkan kasus stunting adalah dengan meningkatkan kualitas SDM. Pasalnya, jika langkah ini tidak dilakukan maka target Indonesia emas di 2045 akan sulit tercapai.
“Kalau itu tidak dilakukan maka apa yang kita harapkan bonus demografi dan Indonesia emas itu tidak menjadi kenyataan, karena pada 2030, 2045 itu kan kita harapkan masa ke-emasan tetapi produktivitas harus meningkat,” ucap dia.
Baca juga: Ibu Hamil dan Menyusui Wajib Tahu, Ini Jumlah Gizi yang Tepat Agar Anak Tak Stunting
“Produktivitas itu meningkat kalau kualitas SDM-nya meningkat sehingga terjadi adanya inovasi, dan dengan inovasi itu kita bisa memanfaatkan sumber daya alam kita lebih maksimal, dan upaya itu kan harus sudah dimulai,” imbuhnya.
Terkait dengan target presiden di tahun 2024 angka kasus stunting turun menjadi 14 persen, politisi Partai Golkar ini mengaku optimis akan terealisasi jika semua pihak ikut serta memberikan perhatian atas target Presiden.
Saat ini, target tersebut semakin terlihat dengan penurunan angka stunting satu tahun belakang ini.
“Kalau kita lihat penurunannya dari 2021 ke 2022 itu kan sudah turun 3 persen ya, dari 24,4 sekarang 21,6 berarti sudah turun 2,8 persen. Nah kita harapkan itu bisa turun lagi,” ucapnya.
Selain penurunan yang signifikan, Darul Siska juga meyakini betul angka tersebut akan turun disaat pemerintah sudah mencabut aturan PPKM, karena penurunan 2,8 persenitu terjadi dimasa pandemi.
Artinya, di keadaan normal seperti ini target Presiden akan benar-benar terealisasi jika hal tersebut mendapat dukungan penuh, baik dari DPR maupun stakeholder lainnya.
“Itu kan terjadi di masa pandemi, nah kalau tidak masa pandemi mestinya capaiannya lebih dari itu. Oleh karena itu kita mendukung dan tidak hanya DPR yang harus mendukung tapi seluruh stakeholder harus mendukung, kementerian-kementerian terkait harus mendukung, pemerintah daerah harus mendukung, tokoh-tokoh agama mendukung, tokoh masyarakat mendukung, tokoh perempuan mendukung, pemuda mendukung dan terutama generasi muda yang harus lebih memperdulikan soal stunting dan peningkatan sumber daya manusia Indonesia,” ucap dia.
Oleh sebab itu, lanjut Darul Diska perlu dilakukan sosialisasi secara intens ke masyarakat terkait dengan bahaya stunting buat masa depan generasi muda bangsa.
“Pertama tentu sosialisasi dan penyadaran, edukasi kepada seluruh lapisan masyarakat bahwa penanganan stunting dan peningkatan kualitas SDM ini penting,” katanya.
Yang kedua, kata Darul Siska tentu harus ada integrasi program dari semua kementerian dan lembaga agar fokus untuk penanganan stunting ini. Selain itu, sosialisasi harus diinteskan ke sekolah-sekolah menengah atas karena usia-usia ini yang berpotensi menikah cepat.
“Ini yang menurut saya penting, juga barangkali sudah harus dipikirkan soal stunting ini menjadi penyadaran juga di tingkat sekolah lanjutan atas yang mereka rata-rata setelah tamat sekolah itu tidak melanjutkan kuliah dan mereka memilih menikah,” ujarnya.
Baca juga: Disentil Presiden Soal Stunting dan Balita Minum Kopi, Kemenkes Ganti Biskuit dengan Makanan Lokal
“Mereka juga harus disadarkan tuh soal stunting dan juga mahasiswa-mahasiswi yang tentu setelah, atau semasa kuliahnya sudah masuk dunia pernikahan karena merekalah yang akan menciptakan generasi emas di masa yang akan datang,” tandasnya.