Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pakar Sebut Kasus Bripka Madih soal Sengketa Tanah Mengingatkan dengan Istilah Whistleblowing

Pakar mengatakan kasus Bripka Madih soal sengketa tanah mengingatkan dengan istilah whistleblowing. Fenomena ini menjadi hal yang patut dipertanyakan.

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Arif Fajar Nasucha
zoom-in Pakar Sebut Kasus Bripka Madih soal Sengketa Tanah Mengingatkan dengan Istilah Whistleblowing
Kolase Tangkap Layar Kompas Tv dan Tribunnews.com
Pakar mengatakan kasus Bripka Madih soal sengketa tanah mengingatkan dengan istilah whistleblowing. Fenomena ini menjadi hal yang patut dipertanyakan. 

Reza pun juga menyinggung whistleblower seperti Bripka Madih yaitu terdakwa kasus pembunuhan berencana Brigadir J, Bharada Richard Eliezer yang membuka tabir bahwa tewasnya Yosua akibat tembak-menembak dengan dirinya adalah skenario mantan atasannya, eks Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo.

Dua contoh ini, kata Reza, adalah bukti nyata tidak perlu anggota Polri berpangkat tinggi untuk menjalankan sumpah jabatannya sebagai polisi.

"Bagaiman SDM Polri sepatutnya menyikapi mereka? Pertama, tanpa tes segala macam, Eliezer dan Mahdi sudah menunjukkan secara nyata tentang adanya personel polisi yang, kendati berpangkat rendah, namun lebih mengedepankan ketaatan pada sumpah jabatan ketimbang kesetiakawanan pada subkultur menyimpang," jelasnya.

Terkait fenomena ini, Reza mengungkapkan, berdasarkan studi yang dilakukan, ada tiga pola kepemimpinan organisasi sehingga memunculkan sosok seperti Bripka Mahdi dan Bharada Richard Eliezer sebagai whistleblower.

Pertama, kepemimpinan transformasional yang mendorong anggota dan sistem untuk berubah.

Kedua, kepemimpinan lassez-faire alias pasif yaitu membiarkan dan cenderung menghindari tanggung jawab.

"Ketiga, kepemimpinan otentik yakni pimpinan menjadikan dirinya sebagai role model atas segala nilai kebaikan yang ingin dia suburkan," jelas Reza.

Berita Rekomendasi

Dari ketiga pola kepemimpinan ini, Reza menanyakan pola mana yang dipakai Polri saat ini.

Ketika pertanyaan itu terjawab, lanjutnya, maka diketahuilah penyebab sosok seperti Bripka Mahdi dan Bharada Richard Eliezer bisa muncul sebagai whistleblower.

"Silakan Polri evaluasi sendiri, saat ini pola kepemimpinan apa yang sedang berlangsung di internalnya. Disitulah akan diperoleh jawaban mengapa Eliezer dan Madih tiba-tiba muncul meniup peluit mereka dengan senyaring-nyaringnya," tukasnya.

Bripka Madih mengaku berencana mengundurkan diri dari kepolisian lantaran kecewa setelah diperas oleh sesama polisi. Pernyataan tersebut disampaikan dalam Kompas Petang Kompas TV, Jumat (3/2/2023).
Bripka Madih mengaku berencana mengundurkan diri dari kepolisian lantaran kecewa setelah diperas oleh sesama polisi. Pernyataan tersebut disampaikan dalam Kompas Petang Kompas TV, Jumat (3/2/2023). (Tangkap layar akun Youtube Kompas TV)

Baca juga: Mengaku Diminta Uang Pelicin Rp 100 Juta hingga Buat Resah, Bripka Madih Diduga Melanggar Etik

Sebelumnya, Bripka Madih mengaku diperas penyidik dengan dimintai uang Rp 100 juta saat melaporkan kasus sengketa tanah.

Tak hanya itu, dirinya juga mengatakan sempat dimintai lahan seluas 1.000 meter oleh penyidik dari Polda Metro Jaya tersebut.


"Dia berucap minta Rp 100 juta dan hadiah tanah 1.000 meter. Tidak cukup sampai disitu, oknum penyidik itu juga menghina keluarga saya, katanya tidak berpendidikan," ceritanya.

Adapun kasus sengketa tanah yang dilapokran Bripka Madih yakni terkait dugaan penyerobotan tanah oleh perusahaan pengembangan perumahan dan makelar tanah.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas