Sederet Aksi Bripka Madih yang Disebut Warga Meresahkan, Diserang Balik hingga Dilaporkan ke Propam
Bripka Madih, anggota provost Polsek Jatinegara merasa dizalimi karena telah dituding bersikap arogan di sekitar wilayah tempat tinggalnya
Penulis: Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bripka Madih menjadi sorotan setelah mengaku diperas oleh oknum penyidik pada penanganan laporan soal penyerobotan tanah miliknya.
Kini, sejumlah warga mulai membeberkan kelakuan Bripka Madih yang dianggap telah membuat resah.
Mulai dari mematok lahan, mengaliri tiang listrik dengan setrum agar warga tak bisa lewat hingga disebut melakukan teror.
Baca juga: Lapor Polisi, Warga Minta Patok dan Pos Pengamanan yang Didirikan Bripka Madih Segera Dipindahkan
Disebut Suka Mematok Lahan Milik Warga
Bripka Madih, anggota Polsek Jatinegara, yang mengaku diperas oleh penyidik agar laporan penyerobotan tanah orangtuanya diselidiki, malah diduga memiliki sejumlah catatan negatif.
Misalnya, dia disebut kerap mematok lahan milik warga tanpa persetujuan dari pemilik lahan sebenarnya di wilayah RW 03, Jati Warna, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua RW 03 Kelurahan Jatiwarna, Nur Asiah pada saat menghadiri konferensi pers di Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Minggu (5/2/2023).
Nur Asiah menjelaskan, aksi pematokan tanah milik seorang warga itu terjadi pada 31 Januari 2023 yang dilakukan oleh Bripka Madih yang dimana anggota Provost itu mengkalim bahwa lahan itu milik orang tuanya.
"Kalau di kampung kami, kita diemin aja sebenarnya enggak pernah kita ladeni. Tapi berhubung setelah 12 tahun, dia masang patok di depan rumah warga saya. Itulah yang kita adukan karena sudah melewati batas," ujar Nur Asiah kepada wartawan.
Lanjut Nur Asiah, kalaupun klaim tanah yang dilakukan oleh Madih itu sudah berkeputusan di ranah pengadilan, namun pematokan tanah tak selayaknya dilakukan oleh Madih.
Baca juga: Babak Baru Kasus Polisi Diperas: Giliran Bripka Madih Dilaporkan Warga Jatiwarna ke Polda Metro
Dikatakannya, adapun aksi pematokan itu dilakukan Bripka Madih dengan 10 orang lain yang dimana bukan merupakan warga di sekitar lokasi tersebut.
"Itu ada sekitar tiga, patoknya satu tapi bannernya ada dua. Kemudian di depan rumah warga kami ini, ibu Soraya Bapak Bripka Madih inu mendirikan pos dan itu ditunggui oleh beberapa orang yang juga kami tidak kenal itu sampai jam 4 pagi," sebutnya.
Kendati demikian selama mendapat perlakuan tersebut, baik Nur Asiah dan warga lainnya merasa segan dan takut untuk menegur perbuatan Madih tersebut.
Pasalnya Nur Asiah beranggapan bahwa Madih yang seorang anggota polisi membuat warga sekitar mengaku tak berani menegurnya secara langsung.