Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

VIDEO EKSKLUSIF Direktur Utama PNM Arief Mulyadi: Nasabah Kami untuk Makan Saja Susah

"Mereka adalah orang-orang pinggiran yang buat makan pun masih harus berhitung, apalagi untuk sekolah anak, rekreasi, dan lain-lain"

Editor: Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Arief Mulyadi mengatakan pandemi Covid-19 menjadi tantangan untuk membantu kelompok terpinggir.

Kesulitan tersebut dirasakan insan PNM, tetapi lanjut dia, itu bisa dilewati.

“Justru di dalam kesulitan itu kami banyak merasakan kenikmatan supaya bagaimana kami bisa berperan terhadap orang lain,” kata Arief di kantor Tribun Network, Jakarta, Kamis (2/2/2023).

PNM, lanjut dia, mendorong kelompok terpinggir untuk melakukan usaha subsistensi melalui pendampingan.

"Nah siapa saja mereka? Mereka adalah orang-orang pinggiran yang buat makan pun masih harus berhitung, apalagi untuk sekolah anak, rekreasi, dan lain-lain," jelasnya.

Berikut petikan wawancara khusus Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dengan Dirut PNM Arief Mulyadi:

Apakah ada cerita dalam menyalurkan pembiayaan dan mendampingi kelompok terpinggir?

BERITA REKOMENDASI

Saya agak susah kalau menjawab itu karena tingkat kesulitan di kami insan PNM itu di level sempurna. Jadi saking sempurnanya ya harus dihadapi dan dijalani.

Kami, insan PNM bisa mengaktualisasikan bagaimana kami bisa berperan terhadap orang lain. Bagaimana kami bisa memberikan manfaat bagi orang lain  apalagi kemarin tiga tahun pandemi Covid-19.

Di tengah itu bagaimana kami bisa memberi manfaat buat saudara-saudara kita yang tidak lebih beruntung dari kami di dalam situasi pandemi.

Tadi sudah disinggung mengenai kelompok terpinggir, kami punya 732 ribu kelompok nasabah yang saat ini menjadi nasabah aktif, mendapatkan pembiayaan dan pendampingan. Itu tersebar lebih dari 6500 kecamatan dan hampir seluruh kabupaten/kota  di 34 Provinsi Indonesia.

Nah siapa saja mereka? Mereka adalah orang-orang pinggiran yang buat makan pun masih harus berhitung, apalagi untuk sekolah anak, rekreasi, dan lain-lain.


Untuk sekolah, pemerintah sudah beri mereka gratis. Biaya sekolah ada dana BOS, Kartu Indonesia Pintar dan sebagainya.  Tetapi kalau anak itu tidak dibelikan tas bagus dan sepatu bagus maka tidak mau berangkat sekolah.

Dan bagaimana orang tua bisa membelikan kebutuhan anak itu kalau untuk makan saja susah ditambah pandemi. Ini balik lagi ke ciri khas masyarakat kita karena hampir tidak ada anak yang dilahirkan kemudian punya mimpi jadi pengusaha.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas