Sebut Tindakan Rusia Tak Dibenarkan, Bobby Rizaldi Dukung Usaha Ukraina Pertahankan Kedaulatan
Anggota Komisi I DPR dari fraksi Partai Golkar, Bobby Adhityo Rizaldi berdiskusi bersama masyarakat sipil Ukraina.
Penulis: Willem Jonata
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR dari fraksi Partai Golkar, Bobby Adhityo Rizaldi berdiskusi bersama masyarakat sipil Ukraina.
Dalam pertemuan itu, ia sepakat terlibat semakin aktif melalui komunikasi yang lebih mendalam dengan anggota parlemen lintas negara demi perdamaian Ukraina.
“Saya bertemu dengan delegasi masyarakat sipil dari Ukraina, pertemuan yang sangat produktif. Kami berdiskusi tentang dampak negatif dari serangan Rusia, baik terhadap Ukraina maupun Indonesia,” kata Bobby belum lama ini.
Masyarakat sipil Ukraina yang berdiskusi dengan Bobby, antara lain Anna Liubyma, Direktur Departemen Kerjasama Internasional Kamar Dagang dan Industri Ukraina (UCCI); Alim Aliev, jurnalis, aktivis HAM sekaligus Wakil Direktur Jenderal Institut Ukraina; dan Profesor Olexiy Haran dari National University of Kyiv-Mohyla Academy (UKMA).
Menurut Bobby, tindakan Rusia terhadap Ukraina sebagai negara merdeka yang berdaulat adalah tidak dibenarkan dan sesuai konstitusi di Indonesia yang menolak segala bentuk kekerasan di muka bumi.
“Saya mendukung perjuangan Ukraina untuk mendapatkan kebebasan dan menjalankan hidupnya sebagai sebuah negara yang merdeka,” ucap Bobby.
Kepada Bobby, Profesor Olexiy Haran menyampaikan persoalan terkini Ukraina yang sangat mengkhawatirkan, yakni penguasaan Rusia terhadap wilayah Zaporizhzhia, terletak di sebelah tenggara Ukraina dan berada di kawasan Sungai Dnieper.
Diketahui di Zaporizhzhia terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang merupakan unit PLTN terbesar di Eropa dan memasok sekitar 20 persen listrik bagi seluruh kebutuhan Ukraina.
Kekhawatiran perihal keberlanjutan dan keamananan operasional PLTN Zaporizhzhia juga telah diungkapkan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
“Pendudukan militer ilegal oleh Rusia dan salah urus PLTN Zaporizhzhia berisiko menimbulkan kecelakaan nuklir dahsyat yang akan menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan bagi seluruh dunia,” tuturnya.
Dia mengingatkan bencana PLTN Chernobyl terletak di Kota Pripyat, 108 kilometer Ibukota Kiev pada 26 April 1986 ketika reaktor nuklir mengalami kegagalan uji coba, yang kemudian berujung pada ledakan dan kebakaran di wilayah tersebut.
Akibatbya puluhan pemadam kebakaran dan pekerja darurat meninggal dunia akibat terpapar radiasi dan serangan jantung.
Tak hanya itu, sekitar 200 ribu orang disebut harus dievakuasi akibat insiden ini. Hingga kini daerah yang berjarak 30 kilometer dari lokasi ledakan menjadi 'zona eksklusif' dan tak dapat dihuni akibat radiasi nuklir.
Baca juga: Kyiv: Ukraina Cegat 61 dari 71 Serangan Rudal Jelajah Rusia
Profesor Olexiy Haran mengingatkan bencana PLTN Chernobyl terjadi karena keputusan rezim Uni Soviet di Moskow yang memaksakan reaktor yang sebetulnya dibangun bagi kepentingan militer justru diubah menjadi PLTN sipil dan kemudian salah urus sehingga terjadilah bencana.
Mendengar hal tersebut, Bobby Adhityo Rizaldi memastikan komitmennya untuk menggalang Kerjasama antar anggota parlemen internasional demi mendukung kemerdekaan Ukraina.
“Pada Mei mendatang, saya akan berangkat ke Kenya bersama rekan-rekan ASEAN. Diharapkan dalam momentum itu muncul konsensus dukungan terhadap Ukraina.”