Cerita Anies Baswedan Hadirkan Indonesia Mengajar, Bermula dari Diskusi dan Ngopi di Sore Hari
Bakal Calon Presiden dari Partai NasDem bercerita soal awal mula dirinya menggagas Indonesia mengajar.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bakal Calon Presiden dari Partai NasDem bercerita soal awal mula dirinya menggagas Indonesia mengajar.
Hal itu diceritakan Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut pada acara Bawa Ide yang dihelat di Jakarta Selatan, Rabu (15/2/2023) malam.
"Waktu itu kami memulai sebuah gerakan yang namanya Indonesia Mengajar. Tapi itu tidak berupa orang-orang yuk kita bikin gerakan," kata Anies Baswedan mengawali ceritanya.
Anies Baswedan mengatakan ide muncul saat diskusi sore hari di ruang terbuka sebuah kantor ketika dirinya mampir ke kantor temannya.
Kebetulan ia saat itu masih tugas di kampus.
Baca juga: Anies Baswedan Ungkap Awal Mula Dibuat Program Revitalisasi Trotoar: Kaki itu Transportasi
"Pada saat berdiskusi itu kita bicarakan tentang pendidikan di Indonesia. Lalu saya komentari pendidikan itu kata kuncinya ada pada guru," kaya Anies Baswedan.
"Kualitas guru baik insyaallah muridnya akan baik. Tapi masalahnya di daerah yang jauh dari perkotaan jumlah gurunya kurang kompetensi gurunya rendah," lanjutnya.
Anies Baswedan mengungkapkan bahwa idenya harus mengirimkan yang terbaik ke tempat yang tidak ada gurunya.
Lalu temannya saat itu bertanya mana ada yang mau.
Baca juga: Anies Baswedan Pamer Hasil Kerja Jadi Gubernur: Jakarta Internasional Stadium Dulu Imajinasi
"Yang kompetensinya tinggi maupun di kota. Yang di desa yang mereka tidak lolos di kota. Lalu bagaimana mereka bisa maju," kata Anies Baswedan.
Menurut Anies Baswedan banyak orang tidak mau menjadi guru di daerah yang suit secara geografis karena mereka harus seumur hidup di sana. Kalau tidak seumur hidup insyaallah mau.
"Ganti saja tujuan kita mendatangkan guru-guru terbaik bukan selamanya di sana. Gantian saja, kalau gantian rasanya mau," jelasnya.
Dikatakan Anies Baswedan bahwa saat itu diyakini tidak terlalu banyak orang-orang yang berminat untuk dikirimkan ke pelosok negeri menjadi guru
"Tetapi pendaftar waktu itu 1.500 orang," tutup Anies bersama tepuk tangan peserta Bawa Ide.