Satu Tahun Invasi Rusia, Tiga Jurnalis Indonesia Cerita Kondisi Memprihatinkan di Ukraina
Tiga jurnalis Indonesia bercerita tentang situasi memprihatinkan di Ukraina, pascapecah perang, sebab Rusia menginvasi sejumlah wilayah negara tersebu
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiga jurnalis Indonesia bercerita tentang situasi memprihatinkan di Ukraina, pascapecah perang, sebab Rusia menginvasi sejumlah wilayah negara tersebut sejak 24 Februari 2022.
Melewati serangkaian pengecekan yang ketat yang diberlakukan pemerintah Indonesia dan pemerintah Ukraina, tiga jurnalis tersebut mendapat kesempatan untuk meliput dan melihat langsung kondisi beberapa wilayah Ukraina yang hancur akibat perang.
Tepat setahun Invasi Rusi, jurnalis TVRI, Teungku Fajri Sabri; jurnalis Harian Kompas, Kris Mada; dan jurnalis Tempo, Raymundus Rikang bercerita pengalaman meliput langsung di Ukraina di acara bertajuk 'Covering the War in Ukraine: The View from Indonesian Journalist, yang diselenggarakan di kantor @america, Sudirman, Jakarta, Kamis (23/2/2023).
"Ini tentang kemanusiaan," kata Rikang, jurnalis Tempo.
Rikang mengatakan tugas seorang jurnalis dituntut untuk memberikan laporan yang objektif.
Tugas seorang jurnalis juga mencari kebenaran, memperlihatkan situasi yang sebenarnya terjadi di lapangan.
Sebagai contoh, dia melihat sendiri bagaimana di Kota Bucha banyak mayat korban perang tanpa kepala dan banyak warga sipil yang hidup tanpa listrik.
Dia menyayangkan masih banyak masyarakat Indonesia yang hanya melihat situasi ini hanya dari satu sisi.
"Kami tahu ada yang mendukung invasi, atau ada yang tidak mempunyai keberpihakan untuk empati terhadap sebuah negara demokrasi yang kemudian diinvasi. Oleh karena itu tugas seorang jurnalis adalah mencari kebenaran," ujarnya.
Sementara itu Kris Mada, jurnalis Harian Kompas mengatakan beberapa kota di Ukraina, seperti Bucha digambarkan seperti kota mati.
Dia juga sempat meliput situasi di pemakaman umum Bucha, banyak korban tanpa nama yang baru saja dimakamkan.
Ledakan demi ledakan rudal terus terdengar, dimana dia dan rekannya harus bersiaga, sebab aplikasi peringatan rudal yang berulang kali menyala untuk evakuasi.
"Gambarannya, bagaimana jika ada satu negara yang menyerang Natuna (Indonesia), dengan alasan membela satu etnis tertentu. Ini yang terjadi di Ukraina," ujarnya.
Jurnalis TVRI, Teungku Fajri Sabri mengatakan seorang jurnalis harus siap ditempatkan dimana pun dan dalam keadaan apapun termasuk perang, dimana dia harus mempersiapkan mental dan batin untuk menghadapi apapun yang terjadi di medan perang.
Ia bercerita bahwa ada 1 warga Ukraina berusia 75 tahun yang bersepeda yang masih mempertahankan rumah dan tanahnya.
Baca juga: Jelang Peringatan Setahun Invasi Rusia ke Ukraina, Putin Umumkan Rudal Nuklir Dikerahkan Tahun Ini
"Banyak masyarakat sipil yang menjadi korban. Tidak hanya menjadi korban kekerasan, tapi mental mereka juga dipermainkan," kata
"Semoga operasi segera selesai karena warga sipil yang menjadi korban di perang kedua negara ini,"
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.