Kasus Leptospirosis di Indonesia Sejak Tahun 2000-an
Inilah rangkuman kasus leptospirosis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 2001-2014, terjadinya KLB dibeberapa provinsi termasuk DKI Jakarta
Penulis: Pondra Puger Tetuko
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Sejak tahun 2001, di Indonesia memang sudah terdapat kasus leptospirosis.
Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira dan dapat menular ke hewan maupun manusia.
Dikutip laman Kementerian Kesehatan, leptospirosis ini salah satu penyakit penyerta banjir yang dapat ditularkan melalui air kencing tikus yang masuk ke luka kulit pada manusia.
Selain tikus, ada juga hewan yang dapat menularkan bakteri leptospira ini adalah kucing, anjing, sapi, babi, hingga kambing.
Adapun gejala yang akan dirasakan manusia yang terinfeksi leptospirosis ini yakni, demam, sakit kepala, sering merasa lemas, nyeri otot, kemerahan pada mata, hingga terparahnya bisa gagal ginjal.
Baca juga: Serba-Serbi Leptospirosis: Pengertian, Penularan, Gejala, hingga Cara Cegah
Diketahui, penyakit leptospirosis merupakan kasus di Indonesia yang sudah ada sejak awal tahun 2000-an.
Inilah kasus leptospirosis di Indonesia yang dirangkum dari buku Petunjuk Teknik Pengendalian Leptospirosis, Kementerian Kesehatan.
Kasus Leptospirosis di Indonesia
Pada tahun 2001, telah dilakukan pemeriksaan terhadap 139 manusia mengenai leptospirosis dan hasilnya 18,7 persen positif.
Kemudian, pada tahun 2002 terjadi wabah leptospirosus di Indonesia terutama di Jakarta yang mengalami banjir besar, saat itulah hewan peliharaan seperti anjing, kucing, hingga ternak sapiu memiliki risiko tinggi infeksi penularan leptospirosis pada manusia.
Berselang lima tahun, tepatnya pada 2007 kasus leptospirosis pada manusia di Indonesia meningkat melalui laporan sebanyak 667 kasus dan 93 persen hasil laboraturium terkonfirmasi dengan angka kematian 8 persen.
Adapun 410 kasus dengan 46 kematian (CFR 11,2%) di delapan provinsi Indonesia pada tahun 2010.
Kasus leptospirosis tersebut di provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bengkulu, Sulawesi Selatan, hingga Kepulauan Riau.
Sebagai informasi, kasus leptospirosis di Indonesia paling banyak terjadi pada tahun 2011 saat terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di Yogyakarta melalui laporan 857 kasus dengan 82 kematian (CFR 9,5%).
Berselang satu tahun, 2012, kasus leptospirosis menurun menjadi 222 kasus dan 28 kematian, namun angka kematian itupun meningakat sebesar (CFR 12,6%).
Di tahun 2013 pun kembali meningkat dengan laporan 640 kasus dan kematian 60 (CFR9,37%) serta terjadi KLB di Kabupaten Sampang, Madura.
Tak hanya di Madura, KLB kembali terjadi di DKI akarta dan Jawa Tengah pada tahun 2014 dilaporkan sebanyak 411 kasus dengan 56 kematian (CFR 13,63%).
Hal tersebut diakibatkan curah hujan yang tinggi dan mengakibatkan terjadinya banjir.
(Tribunnews.com/Pondra Puger)