AHY Soroti Harga Beras Mahal: Sekarung 50 Kilogram Nyaris Rp 1 Juta
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan jika masyarakat mengeluhkan adanya kenaikan harga beras belakangan ini.
Penulis: Fersianus Waku
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan jika masyarakat mengeluhkan adanya kenaikan harga beras belakangan ini.
AHY menyebut keluhan itu disampaikan Yanti, seroang ibu rumah tangga di Sulawesi Tengah (Sulteng).
"Ibu Yanti, seorang ibu rumah tangga yang saya temui di Sulawesi Tengah mengatakan harga beras sekarung 50 kilogram, nyaris Rp 1 juta rupiah," kata AHY dalam pidato politiknya di Lapangan Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Selasa (14/3/2023).
Menurut AHY, melalui kenaikan tersebut artinya harga per kilo mencapai Rp 20 ribu.
"Ini jauh di atas harga eceran tertinggi beras di pasaran," ujar dia.
Baca juga: AHY Sentil Pemerintahan Jokowi Soal 1 Juta Orang Terkena Imbas Gelombang PHK
Di sisi lain, dia menuturkan jika Yanti mengeluhkan tak memiliki uang untuk membeli beras yang harganya merangkak naik.
"Ia (Yanti) menjerit, 'dari mana kami bisa mendapatkan uang untuk membeli kebutuhan pokok kami?" ungkapnya.
Tak hanya itu, AHY juga bercerita ketika dirinya mendengar keluhan para petani di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi hingga Bali dan Nusa Tenggara terkait harga pupuk mahal, sementara pupuk subsidi langka.
Baca juga: AHY Sentil Pemerintahan Jokowi: Generasi Milenial Hampir Frustasi Lapangan Pekerjaan Terbatas
"Belum lagi, harga jual hasil panen dipermainkan tengkulak. Sementara itu, nelayan kesulitan berlayar karena mahal dan langkanya solar," ujarnya.
Di samping itu, dia menuturkan para nelayan juga mengalami kesulitan berlayar lantaran mahal dan langkanya solar.
"Kesulitan ini dirasakan oleh nelayan kita termasuk di Maluku, Papua, dan Indonesia bagian Timur lainnya," ungkap AHY.
Baca juga: AHY Sebut Anggaran Negara Banyak Biayai Proyek Mercusuar, Tapi Tidak Berdampak Kehidupan Wong Cilik
Selanjutnya, AHY juga menyebut bahwa pelaku UMKM masih kesulitan bangkit dari keterpurukan pasca pandemi, khususnya untuk mendapatkan akses dan bantuan modal usaha.
"Di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur para guru menangis mereka mengadu karena tak kunjung diangkat sebagai ASN," tegasnya.
Dia menambahkan jika bantuan dana pendidikan untuk orang yang kurang mampu masih sangat terbatas.
"Ibu Sukmawati, kuliah anaknya terhambat karena persoalan ekonomi padahal anaknya cukup berprestasi dengan IPK mencapai 3,94," imbuhnya.