SOSOK dan Inisial Tiga Mandor Masjid Sheikh Zayed Solo yang Berutang Rp145 Juta ke Pedagang Warung
Ketiga mandor yang masing-masing berinisial N,G, dan G tersebut berutang masing-masing Rp65 juta, Rp55 juta, dan Rp35 juta.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Viral tiga orang mandor proyek Masjid Raya Sheikh Zayed Solo menunggak utang makan sebesar Rp145 juta kepada seorang pedagang warung bernama Dian.
Ketiga mandor yang masing-masing berinisial N,G, dan G tersebut berutang masing-masing Rp65 juta, Rp55 juta, dan Rp35 juta.
Informasi yang didapat menyebutkan ketiganya berutang mulai 2021 dan hingga kini tidak ada itikad baik pelunasan.
Sang pemilik warung, Dian, mulai mengadu ke mana-mana lantaran pihak PT Waskita Karya (Persero) Tbk enggan melunasi utang makan tiga mandor tersebut.
Sosok dan Inisial ketiga mandor
Dian pun merinci masing-masing utang yang ditinggalkan para mandor itu.
Mandor pertama yang berinisial N, berutang pada Dian sebesar Rp 65 juta.
Kemudian, mandor G berutang Rp50 juta.
Ia menambahkan, mandor N dan G sama-sama berasal dari Demak.
Baca juga: Gibran akan Datangi Mandor Proyek Masjid Sheikh Zayed yang Berutang ke Warung Sebesar Rp145 Juta
Mandor yang terakhir adalah G yang berasal dari Purwodadi, berutang sebanyak Rp30 juta.
Selama proyek, Dian melayani makan untuk para pekerja proyek di bawah tiga mandor itu.
Awalnya, Dian mengaku ia ditawari untuk melayani makan pekerja proyek dari enam mandor.
Namun, ia menolak karena tidak sanggup melayani semuanya.
"Sebenarnya enam (mandor). Maaf, kalau saya harus nyukupin (enam) mandor saya tidak bisa," kata Dian mengulangi kisahnya, Kamis (16/3/2023), dikutip dari TribunSolo.
Ia pun meminta agar tawaran itu dibagi dengan warung lainnya.
"Tolong dibagi warung. Yang (dari) tiga (mandor) dibagi warung dekat bengkel," imbuh Dian.
Buntut utang ratusan juta yang ditinggalkan para mandor begitu saja, kini Dian harus menjual perhiasannya demi menyambung hidup.
"Ya sedikit demi sedikit. Apa yang ada dijual dulu. Yang punya perhiasan dijual dulu untuk gali lubang tutup lubang," pungkasnya.
Gibran meradang
Terkait permasalahan pemilik warung dengan mandor proyek Masjid Syekh Zayed, Wali Kota Solo, Gibrak Rakabuming Raka, buka suara.
Menurut Gibran, PT Waskita yang merupakan kontraktor dari masjid tersebut ternyata telah memenuhi kewajibannya.
Untuk itu, Gibran menduga permasalahan tersebut ada di mandor.
"Wis ditelepon, mandore sing salah (Sudah ditelepon, mandornya yang salah). Ya enggak tahu itu (salah) mandore atau dari sub-vendor," ujar Gibran, Kamis, dikutip dari laman TribunSolo.
Diakui Gibran, ia bahkan sudah mengantongi nama mandor yang diduga berutang ke Dian.
Meski begitu, ia belum akan membawa permasalahan utang ini ke jalur hukum.
Ia masih menunggu pertanggungjawaban dari para mandor yang berutang.
"Dirampungke koyo cah lanang (diselesaikan seperti laki-laki). Ngebon nganti satus yuto (utang sampai seratus juta). Ojo ditiru (jangan ditiru)," ungkapnya.
"Yo tak parani wonge (Saya datangi orangnya). Itu kan warga kita. Warga asli Gilingan."
"Warung diboni sak yuto we ambruk, iki satus yuto (Warung diutang Rp 1 juta aja bisa jatuh apalagi ini seratus juta). Segera minggu ini," sambungnya.
Waskita: Kami sudah ingatkan jangan kasih utang
PT Waskita Karya mengaku telah mengingatkan agar pemilik warung tidak memberikan utangan kepada mandor proyek Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Jawa Tengah.
Kini, pemilik Warung Restu Bunda, Dian (28) mengaku mandor proyek punya utang makan Rp 145 juta.
"Manajemen PT Waskita Karya (Persero) Tbk dapat menyampaikan bahwa sejak awal pembangunan Mesjid Sheikh Zayed Solo, Jawa Tengah, Perseroan dalam hal ini Tim Proyek sudah menginformasikan kepada warga dan warung-warung di sekitar lokasi proyek untuk tidak memberikan utangan kepada oknum mandor atau vendor. Karena ditakutkan hal seperti ini akan terjadi," kata Project Manager PT Waskita Karya Adriansyah, Jumat (17/3/2023).
Menurutnya, pemilik warung pernah mendatangi tim proyek meminta pertanggungjawaban.
"Namun tim proyek menjelaskan bahwa kewajiban Waskita terhadap Mandor tersebut telah diselesaikan dan tim proyek meminta pihak warung untuk menghubungi langsung para mandor tersebut," jelasnya.
Setelah itu pihak tim proyek perseroan memberikan nomor handphone dan juga fotokopi KTP dari para mandor supaya diselesaikan secara musyawarah.
"Tim proyek juga tidak mengetahui apakah para mandor itu benar berutang atau kasbon kepada warung atau tidak, karena tim proyek tidak mengetahuinya," tuturnya.
Adriansyah menegaskan pihaknya selaku kontraktor telah 100 persen memenuhi kewajiban seusai hak atas tanggung jawab pekerjaannya.
Ia juga telah menyampaikan hal ini kepada pemilik warung yang diutangi sampai Rp 145 juta tersebut.
"Dapat Perseroan sampaikan untuk pembayaran utang mandor ke warung bukan tanggung jawab Waskita, hal itu dikarenakan para mandor Masjid Sheikh Zayed sudah dibayar 100 persen oleh Perseroan sesuai hak atas tanggung jawab pekerjaannya," terangnya.
Kronologi
Seorang pemilik warung makan di Solo, Jawa Tengah bernama Dian (38) mengaku rugi karena para pekerja bangunan Masjid Sheikh Zayed, Solo memiliki utang sebesar Rp 145 juta di warung makannya.
Para pekerja bangunan tersebut kini sudah tidak lagi bekerja karena Masjid Sheikh Zayed sudah resmi dibuka pada Selasa (28/2/2023).
Dian menjelaskan utang di warung makannya ditanggung oleh mandor yang menjanjikan uang makan dibayar dua minggu sekali.
Namun utang makan tersebut beberapa kali mengalami keterlambatan pembayaran dan saat ini jumlahnya membengkak menjadi ratusan juta rupiah.
"Perjanjiannya tiap dua minggu terbayarkan. Sedangkan dari sisi mandornya perusahaannya enggak ontime. Bahkan terkadang 4 minggu sekali baru dibayarkan," ungkapnya, Kamis (16/3/2023), dikutip dari TribunSolo.com.
Alasan para mandor menunda pembayaran di warung makan karena uang dari pihak pengembang tersendat sehingga harus berutang ke warung.
"Harus gaji karyawan harus bayar warung. Perusahaan enggak mau tahu. Namanya tenaga enggak makan enggak ada kekuatan," imbuhnya.
Diketahui proyek pengerjaan Masjid Raya Sheikh Zayed dilakukan sejak tahun 2020 hingga 2022.
Dalam kurun waktu tersebut, para mandor berusaha kabur karena utang di warung belum dibayarkan.
"2020 awal pengerjaan sampai 2022 banyak yang mental. Setelah bayaran ada yang kabur. Karyawan enggak dibayar warung enggak dibayar. Harus mencari kekurangan dimana," bebernya.