Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bangunan Berkelanjutan dari Kayu Menjadi Solusi Perubahan Iklim

Hartono Prabowo, Technical Director FSC Indonesia mengatakan, penggunaan kayu yang diambil dari kawasan hutan bersertifikasi FSC justru menunjukkan

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Bangunan Berkelanjutan dari Kayu Menjadi Solusi Perubahan Iklim
Istimewa
Hartono Prabowo, Technical Director FSC Indonesia mengatakan, penggunaan kayu yang diambil dari kawasan hutan bersertifikasi FSC justru menunjukkan berkontribusi melawan perubahan iklim dengan semakin banyak menggunakan kayu untuk materi bangunan.  

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bangunan yang menerapkan prinsip ramah lingkungan telah menjadi pilihan bagi sebagai masyarakat yang memperhatikan kelestarian planet Bumi.

Tingkat ramah lingkungan bangunan dapat dinilai dari desain bangunan, materi bahan bangunan, energi yang digunakan dalam bangunan, proses pembangunan hingga asal sumber materi bahan bangunannya.

Menggunakan teknologi dan desain yang tepat, kayu dapat menjadi materi bangunan yang tidak saja ramah lingkungan namun bernilai estetik tinggi, kuat, dan tahan lama.

Namun, stigma lama menggunakan kayu kita menyumbang pada kerusakan lingkungan masih masih diyakini sejumlah pihak sampai saat ini.

Padahal, tidak semua kayu yang dibuat sebagai bahan bangunan menyumbang kerusakan lingkungan karena kayunya diambil dari hutan yang bersertifikasi standar Forest Stewardship Council (FSC).

Hartono Prabowo, Technical Director FSC Indonesia mengatakan, penggunaan kayu yang diambil dari kawasan hutan bersertifikasi FSC justru menunjukkan berkontribusi melawan perubahan iklim dengan semakin banyak menggunakan kayu untuk materi bangunan.

Berita Rekomendasi

"Karena kayu yang kita gunakan berasal dari sumber yang berkelanjutan antara lain yang tersertifikasi FSC,” kata Hartono Prabowo dalam keterangannya, Minggu (19/3/2023).

Diketahui sertifikasi  hutan FSC menegaskan bahwa hutan dikelola dengan cara yang melindungi keanekaragaman hayati dan memberi manfaat bagi kehidupan masyarakat dan pekerja lokal, sambil memastikan bahwa hutan itu mempertahankan kelayakan ekonomi.

Untuk menerima akreditasi FSC, operasi hutan harus mematuhi sepuluh prinsip yang mencakup berbagai masalah,  mulai dari mempertahankan nilai konservasi tinggi hingga mendukung masyarakat lokal dan melindungi hak-hak pekerja, serta memantau dampak lingkungan dan sosial dari hutan. pengelolaan.

Di Indonesia, telah berdiri bangunan kayu prefabrikasi di Semarang bernama Microlibrary Warak Kayu yang seluruhnya menggunakan kayu tersertifikasi FSC sehingga selain proses pembangunannya ramah lingkungan karena tidak menggunakan semen dan baja dan tanpa penggunaan alat berat dan kayunya diambil dari hutan yang tersertifikasi standar FSC.

FSC juga telah menyiapkan sistem berupa sertifikasi projek, yang memungkinkan pemilik bangunan dapat membuktikan bahwa bangunannya telah menjadi bagian dari upaya melawan perubahan iklim.

Baca juga: Perubahan Iklim Picu Pergeseran di Berbagai Aspek, Sektor Bisnis pun Harus Tangguh

Hartono menerangkan, terdapat 2 alasan kayu sebagai bahan baku utama bangunan yang paling ramah lingkungan.

"Pertama, siklus hidup bangunan dengan struktur dari kayu dapat menghasilkan jejak karbon sekitar 30 persen lebih rendah daripada baja atau beton yang setara dan yang kedua, daya simpan karbon akan semakin tinggi seiring makin banyaknya jumlah bangunan yang memakai kayu," katanya.

Dengan kayu yang sudah diolah tetap menyimpan karbon sepanjang material itu tidak musnah.

Fosil kayu yang terkubur di dalam tanah tetap menyimpan karbon yang diserap selama daur hidupnya yang akan mengurangi gas buang ke atmosfer yang menambah pemanasan global. Sementara pohon baru akan menyerap karbon di udara.

Namun, demikian masih merupakan tantangan bagi pembangun, arsitek, dan desainer untuk mendapatkan informasi dan sumber bahan baku yang sesuai untuk membangun bangunan yang kuat, estetik, tahan lama dan berkelanjutan, di sisi lain produsen bahan kayu berkelanjutan juga tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kebutuhan arsitek.

Untuk mempermudah pembangun dan arsitek mendapatkan material hasil hutan yang berkelanjutan khususnya kayu tropis dari hutan yang telah tersertifikasi, FSC membangun pusat data Sustainable Tropical Timber Trade Network yang menyimpan informasi pemasok dan pembeli kayu tersertifikasi FSC secara online dan dapat diakses dengan mudah.

Kolaborasi FSC dengan Sampoerna Kayoe dalam Event ARCH ID 2023 di ICE BSD Tangerang Selatan ini dapat menjadi kesempatan yang baik untuk meningkatkan pemahaman komunitas arsitek dan produsen kayu di Indonesia terkait sumber kayu tersertifikasi FSC sebagai bahan bangunan yang estetik, kuat, tahan lama, dan berkelanjutan.

Edward Tombokan, Direktur Komersial Sampoerna Kayoe mengatakan, komitmen kami dalam mengelola hutan yang berkelanjutan telah dibuktikan dengan perolehan sertifikasi FSC.

Baca juga: Rayakan Hari Hutan Indonesia Melalui Program Edukasi di FSC Forest Week 2022

"Dengan kolaborasi bersama FSC di ARCH ID 2023 ini kami ingin memperkenalkan kepada kalangan arsitek bahwa di Indonesia telah tersedia pasokan kayu dari hutan yang berkelanjutan sehingga setiap penggunaan kayu akan semakin mendorong kami untuk mengelola hutan secara bertanggung jawab,” kata Edward.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas