Sejarah Bandung Lautan Api, Mengenang Peristiwa Pembumihangusan Kota, Upaya Pertahankan Kemerdekaan
Sejarah Bandung Lautan Api, peristiwa sejarah tak terlupakan bagi bangsa Indonesia, akibat ultimatum sekutu kepada PM syahrir pada 23 Maret 1946.
Penulis: Muhammad Alvian Fakka
Editor: Sri Juliati
Sekutu pun akhirnya melakukan pendekatan terhadap pihak petinggi pemerintahan Republik Indonesia.
Tepat pada 23 Maret 1946, mereka menyampaikan ultimatum kepada Perdana Menteri Syahrir agar selambat-lambatnya pada pukul 24.00 tanggal 24 Maret 1946, pasukan Indonesia sudah meninggalkan Bandung Selatan.
Menanggapi ultimatum tersebut, Syahrir menugasi Syafruddin Prawiranegara dan Jenderal Mayor Didi Kartasasmita hadir ke Bandung.
Baik Jenderal Mayor Nasution maupun aparat pemerintah menolak ultimatum sekutu karena sangat mustahil memindahkan ribuan pasukan dalam waktu singkat.
Mereka menemui Mayor Jenderal Hawthorn meminta agar batas ultimatum diperpanjang.
Sementara itu, pihak sekutu terus menyebarkan pamflet berisi tentang berita ultimatum tersebut.
Hingga 23 Maret 1946 sore hari, Nasution ikut ke Jakarta bersama Syafruddin dan Didi Kartasasmita untuk menemui Perdana Menteri Syahrir.
Mereka membuat alasan untuk menyelamatkan Tentara Republik Indonesia (TRI) dari kehancuran.
Pihak Syahrir mendesak Nasution agar memenuhi ultimatum tersebut.
Syahrir pun berpendapat bahwa TRI belum mampu menandingi kekuatan pasukan Sekutu.
Baca juga: Sofa Kuning Episode 1: Mengenal Sejarah Bandung Lautan Api hingga Makna Doreri di Lagu Apuse
Keesokannya, Nasution kembali ke Bandung untuk sekali lagi dan melakukan negosiasi terkait penundaan pelaksanaan ultimatum.
Namun, tentara Sekutu tetap pada pendiriannya menolak penundaan ultimatum.
Bahkan Nasution juga menolak tawaran Sekutu yang hendak meminjamkan 100 truk untuk membawa pasukan Indonesia ke luar kota.
Pertemuan yang diadakan Nasution dengan para Komandan TRI, para pemimpin laskar, dan aparat pemerintahan akhirnya mencapai kesepakatan untuk membumihanguskan Bandung sebelum kota itu ditinggalkan.