Sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api, Berikut Tokoh-tokoh Penting Bandung Lautan Api
Bandung Lautan Api terjadi tanggal 23 Maret 1946, berikut sejarah dan tokoh-tokoh penting dalam peristiwa Bandung Lautan Api.
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Suci BangunDS
Ultimatum pun dijawab pasukan Indonesia dengan mendirikan pos-pos gerilya di berbagai tempat.
Kemudian selama bulan Desember, terjadi beberapa pertempuran di berbagai tempat antara lain, Cihaurgeulis, Sukajadi, Pasir Kaliki dan Viaduct.
Sekutu berusaha merebut Balai Besar Kereta Api, namun gagal.
Selain itu, Sekutu berusaha membebaskan interniran Belanda di Ciater, mereka juga terlibat dalam pertempuran dengan pasukan Indonesia di wilayah Lengkong Besar.
Memasuki awal tahun 1946, pertempuran semakin berkobar secara sporadis.
Selama pertempuran berlangsung, banyak serdadu India yang membelot dan bergabung dengan pasukan Indonesia.
Di antaranya adalah Kapten Mirza dan pasukannya saat terjadi pertempuran di jalan Fokker (sekarang jalan Garuda) pada pertengahan Maret 1946.
Tak lama kemudian, pihak Sekutu menghubungi Panglima Divisi III Jenderal A.H Nasution meminta agar pasukan India tersebut diserahkan kembali kepada Sekutu.
Nasution pun menolaknya, bukan hanya untuk mengembalikan pasukan India semata, tetapi juga untuk mengadakan pertemuan dengan pihak Sekutu.
Serangan-serangan sporadis dari pasukan Indonesia dan kegagalan mencari penyelesaian di tingkat daerah membuat posisi Sekutu semakin terdesak.
Akhirnya, Sekutu melakukan pendekatan terhadap pihak petinggi pemerintahan RI.
Baca juga: Jejak Rekam Peristiwa Bandung Lautan Api: Monumen, Museum hingga Stilasi
Pada tanggal 23 Maret 1946, mereka menyampaikan ultimatum kepada Perdana Menteri Syahrir agar selambat-lambatnya pada pukul 24.00 tanggal 24 Maret 1946 pasukan Indonesia sudah meninggalkan Bandung Selatan sejauh 10 sampai 11 kilometer dari pusat kota.
Menanggapi Ultimatum tersebut, Syahrir menugasi Syafruddin Prawiranegara dan Jenderal Mayor Didi Kartasasmita hadir ke Bandung.
Baik Jenderal Mayor Nasution maupun aparat pemerintah menolak Ultimatum itu, karena sangat mustahil memindahkan ribuan pasukan dalam waktu singkat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.