Ini Pentingnya Indonesia Memiliki Aksara Nusantara Menurut PANDI
Saat punya aksara tersendiri, kita bisa berdiri sama tinggi dan sama rendah dengan bangsa lain dan menggali kemandiriannya serta kesejatiannya
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jend TNI (Purn) Prof Dr AM Hendropriyono, guru besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara menekankan pentingnya bagi Indonesia memiliki aksara Nusantara.
Dalam sebuah diskusi di Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) membahas Penyusunan Dokumen Ekonomi Pancasila pada Selasa 14 Maret 2023, Hendropriyono berpendapat, sebagai bangsa, Indonesia perlu memiliki Aksara Nusantara agar lebih bisa memahami dan mendalami karakter Indonesia.
Dia membandingkan, Indonesia dengan negara-negara lain yang memiliki aksaranya tersendiri, seperti Cina, Korea, Bulgaria, Thailand, dan Rusia.
“Kalau kita punya aksara tersendiri, baru kita bisa berdiri sama tinggi dan sama rendah dengan bangsa lain. Tidak hanya itu saja, Indonesia punya bisa maju dan menggali kemandiriannya serta kesejatianya,” ungkap Hendropriyono.
Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) dan Komunitas Pegiat Aksara Nusantara menyambut positif apa yang dikatakan oleh AM Hendropriyono.
Heru Nugroho, Wakil Ketua Bidang Pemasaran, Pengembangan Usaha dan Kerjasama PANDI, mengatakan selama ini Komunitas Aksara Nusantara sangat aktif membantu PANDI untuk menjalankan program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN) yang mengusung digitalisasi aksara nusantara sejak akhir tahun 2019 lalu. Dikatakan Heru kini PANDI berfokus pada pengajuan Internationalize Domain Name (IDN) berekstensi Jawa dan Bali.
Baca juga: PANDI Luncurkan Indonesiabangga.id, Direktori Atlet Berprestasi di Kancah Dunia
“Upaya pelestarian dan pengenalan Aksara Nusantara sudah sering dilakukan oleh komunitas pegiat Aksara Nusantara sejak lama. Hingga pada akhirnya ikut membantu dalam program MIMDAN hingga saat ini. Bahkan sudah ada yang mendirikan yayasan untuk meneruskan digitalisasi aksara tersebut,” terang Heru.
Menurut salah seorang pegiat Aksara Jawa, Setya Amrih Prasaja, apa yang disampaikan oleh AM Hendropriyono merupakan terobosan yang luar biasa. Ia menilai momentum ini bisa dijadikan tonggak kesadaran peradaban bangsa Indonesia.
“Hal ini tentu sangat baik, sehingga bisa menjadi momentum anak cucu kita mengenal bahwa nenek moyang bangsa ini bukanlah orang - orang yang buta aksara. Harapannya siapapun nanti diamanati untuk mengerjakan isu aksara ini bisa benar-benar bisa membuat kajian yang mendalam sehingga bangsa ini memiliki aksara Nusantara, aksara yang hadir sebagai aksara penyatu, bukan aksara yang hanya terkesan dibuat tambal sulam. Memang butuh kedewasaan berpikir bersama oleh segenap anak bangsa, semoga sukses jayalah Indonesiaku, jayalah Nusantaraku,” ungkapnya yang juga merupakan Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Hal yang sama diungkapkan oleh Amelya, Ketua Yayasan Budaya Nusantara Digital (YBND), dirinya menyambut baik apa yang diutarakan oleh AM Hendropriyono.
Saya sangat bahagia mendengar aksara nusantara disinggung di ranah pemerintahan, semoga ini bisa menjadi jalan agar bisa mengenalkan Aksara Nusantara ke masyarakat luas melalui digitalisasi. Semoga ini bukan hanya sekedar retorika saja, melainkan ada tindak lanjut kedepannya dari stakeholder terkait,” imbuhnya.
Perwakilan dari pegiat Aksara Bali, Dewa Ayu Carma Citrawati mengungkapkan bahwa sangat penting bagi sebuah negara seperti Indonesia yang memiliki warisan aksara di setiap daerah memiliki aksara pemersatu.
"Hal ini tentu akan memberikan angin segar kepada para pegiat aksara, generasi muda untuk lebih 'urati' terhadap aksaranya," terangnya.
Kepala Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nommensen Medan, Manguji Nababan menyambut postif dan mendukung statemen AM Hendropriono tentang pentingnya Indonesia memiliki Aksara Nusantara.
"Bentuk fon aksaranya bisa diformulasi dari aksara-aksara etnik yang sudah ada. Dengan memiliki Aksara tersendiri, Bangsa Indonesia akan semakin bermartabat di hadapan bangsa lain," kata pegiat Aksara Batak tersebut.
Perwakilan dari pegiat Aksara Sunda, Salsa Valentina mengatakan bahwa statemen AM Hendropriyono itu sangat beralasan. Menilik sejarah aksara di nusantara sudah ada sejak abad 4 seiring dengan ditemukannya prasasti dan naskah kuno peninggalan kejayaan kerajaan dimasa lalu.
"Bukan tidak mungkin jika masyarakat pengguna aksara nusantara yg sudah terstandar unicode bisa dijadikan aksara nusantara, salah satunya bisa dipilih menjadi aksara persatuan. Saya akan mendukung sepenuhnya jika ada aksara persatuan Indonesia, wah keren sekali tentunya" tandasnya.