Pengamat: Pernyataan Ganjar Tolak Timnas Israel Tidak Pengaruhi Elektabilitas, Masyarakat Cepat Lupa
Adi Prayitno mengatakan bahwa pernyataan Ganjar Pranowo tolak Timnas Israel U-20 tidak akan berdampak pada elektabilitas.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno mengatakan bahwa pernyataan Ganjar Pranowo tolak Timnas Israel U-20 tidak akan berdampak pada elektabilitas.
Menurut Adi perlu ada data statistik dari lembaga survei untuk mengetahui dampak dari pernyataan tersebut.
"Tentu saya tidak mau berspekulasi harus ada data-data statistik seperti survei yang mesti dilakukan, untuk melihat apakah setelah pernyataan Ganjar soal Timnas Israel akan berdampak pada elektabilitasnya," kata Adi kepada Tribunnews.com, Kamis (30/3/2023).
Adi melanjutkan tetapi kalau dibaca rata-rata secara umum memori kolektif masyarakat itu pendek.
"Dulu kita ingat persis sekitar tahun 2000-an banyak demo di kalangan aktivis untuk membubarkan Golkar karena dianggap sebagai biang kerok dari orde baru yang otoriter," katanya.
"Tapi nyatanya Golkar itu keluar sebagai pemenang pemilu legislatif 2004. Orang-orang lupa dengan demo-demo yang ingin Golkar bubar," lanjut Adi.
Kemudian Adi mencontohkan waktu Pemilu 2014 atau 2019 misalnya PDIP itu dikonotasikan sebagai partai politik yang berjarak dengan umat. Seakan-akan tidak ramah terhadap umat Islam.
"Nyatanya PDIP menang Pemilu dua kali berturut-turut menang Pileg dan Pilpres," kata Adi.
Adi melanjutkan masyarakat juga masih ingat ketika Prabowo Subianto yang menjadi rival Jokowi dua kali Pilpres. Lalu memutuskan bergabung pada periode kedua Jokowi, publik juga menyangka Prabowo dan Gerindra akan turun elektabilitasnya.
"Tetapi faktanya tidak begitu dari survei-survei yang sudah dipublikasikan secara terbuka, termasuk survei parameter Gerindra tetap konsisten berada di tiga besar perolehan partai politik," sambungnya.
Dikatakan Adi bahwa Prabowo juga elektabilitasnya tetap signifikan masuk dalam tiga besar capres elektabilitas tertinggi.
"Bahkan dulu kita ingat misalnya ketika Nasdem juga dituduh sebagai salah satu partai politik bersama partai politik yang lain pendukung Ahok disebut partai penista agama," ungkapnya.
"Tetapi saat ini Nasdem naik signifikan elektabilitas partainya ketika mengumum Anies Baswedan sebagai kandidat capres," tegasnya.
Adi menuturkan bahwa masyarakat memorinya pendek. Jadi apa yang terjadi hari ini. Bisa lupa dengan isu yang terjadi esok hari.
"Akan lupa dengan isu-isu yang lebih aktual, misalnya terkait dengan kasus Rp 340 triliun yang disampaikan Mahfud MD transaksi mencurigakan di Kementerian Keuangan. Masyarakat akan cepat mudah lupa ganti dengan isu-isu yang lain," lanjutannya.
Baca juga: Sindiran Kapten Timnas Indonesia Asnawi Pasca-FIFA Coret Indonesia: Dikasih Jalur Maju Malah Mundur
Menurut Adi masyarakat juga cenderung memutuskan pilihan politik. Seminggu atau sehari dua hari sebelum pencoblosan.
"Disitulah terjadi transaksi secara politik itu antara calon, tim sukses, relawan dengan pemilih untuk memilih calon dan partai politik tertentu" tutupnya.