Hasto: Penataan Kampus Harus Terintegrasi dengan Koridor Strategis Pembangunan Berdasar Geopolitik
Hasto diberi kesempatan menyampaikan orasi ilmiah bertema geopolitik Soekarno yang merupakan basil riset disertasi doktoralnya.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengajar Universitas Pertahanan (Unhan) RI, Hasto Kristiyanto, mengingatkan betapa pentingnya penataan kampus dan universitas di Indonesia demi memastikan Indonesia maju dan menjadi pemimpin di antara bangsa-bangsa.
Hal itu diungkap Hasto dalam orasi ilmiah di Peringatan Dies Natalis Universitas Krisna Dwipayana (Unkris) Ke-71 di Jakarta, Senin (3/4/2023) petang.
Hasto diberi kesempatan menyampaikan orasi ilmiah bertema geopolitik Soekarno yang merupakan basil riset disertasi doktoralnya.
Hasto mengatakan Unkris adalah salah satu pilar ilmu pengetahuan yang penting bagi Indonesia. Tercatat Presiden pertama RI Soekarno pernah mengampaikan orasi ilmiah pada lustrum pertama di kampus tersebut.
"Teori geopolitik Soekarno pada dasarnya berbicara tentang bagaimana membangun kepemimpinan Indonesia dalam seluruh aspek kehidupan, agar dapat menjadi aktor penting di dalam konstelasi geopolitik," kata Hasto.
Baca juga: Hasto Kristiyanto Pahami Kesedihan Pemain Timnas RI yang Sudah Berlatih, Tapi Harus Sadar Sejarah
Dilanjutkannya, teori geopolitik Soekarno mengenai kepemimpinan Indonesia di dunia amat berbeda dengan teori geopolitik ala Barat.
Jika teori Barat tentang geopolitik adalah bergerak demi memperluas wilayah yang kerap berwujud upaya penaklukan maka geopolitik Indonesia adalah sebuah negara menjadi kuat justru demi memastikan perdamaian dunia dan kemerdekaan tiap bangsa/negara.
Dalam teori geopolitik Soekarno, kata Hasto, negara yang kuat demikian hanya bisa terwujud jika, salah satunya, negara itu memiliki ilmu pengetahuan dan riset yang kuat. Dan institusi pendidikan itu harus ditata terintegrasi dengan koridor strategis pembangunan.
“Pemikiran geopolitik Soekarno memerlukan syarat utama, penataan kampus yang terintegrasi dengan koridor strategis pembangunan atas cara pandang geopolitik,” urai Hasto.
“Jadi Unkris misalnya, memiliki kekuatan dalam hukum dan ekonomi. Maka bagaimana membangun kekuatan nasional Indonesia berdasarkan dua aspek ini, sehingga komoditas strategis seperti CPO, karet, kopi dan lain-lain, benar-benar menjadi national power karena ditopang oleh para ahli hukum internasional yang dihasilkan Unkris,” kata Hasto.
Atas dasar hal tersebut, lanjut Hasto, maka kampus harus menjadi pusat penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan mendorong riset-inovasi terapan.
“Agar Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri, setidaknya dalam bidang pangan, energi, keuangan dan lain-lain,” tegas Hasto.
Insitusi pendidikan dan kampus Indonesia harus terlibat mewujudkan Indonesia menjadi sebagai bangsa berdaulat dan berdikari.
Contoh sederhana, ketergantungan terhadap pangan, berupa impor daging, kedelai, gandum, jagung, gula, harus segera diatasi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.