Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

SETARA Institute: Indeks Kota Toleran 2022 Punya Arti Penting dalam Konteks Pemilu 2024

SETARA Institute mengungkapkan bahwa Indeks Kota Toleran (IKT) 2022 bisa menjadi catatan untuk pemerintah daerah hingga pusat.

Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Dewi Agustina
zoom-in SETARA Institute: Indeks Kota Toleran 2022 Punya Arti Penting dalam Konteks Pemilu 2024
Tangkap Layar kanal YouTube Kompas TV
Ketua Badan Pengurus SETARA Institute Ismail Hasani mengungkapkan bahwa Indeks Kota Toleran (IKT) 2022 bisa menjadi catatan untuk pemerintah daerah, pusat hingga masyarakat. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rahmat W Nugraha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Badan Pengurus SETARA Institute Ismail Hasani mengungkapkan bahwa Indeks Kota Toleran (IKT) 2022 bisa menjadi catatan untuk pemerintah daerah, pusat hingga masyarakat.

"IKT 2022 punya arti penting dalam konteks pemilu 2024. Apa kaitannya tentu kita tidak melarang orang untuk punya identitas tetapi yang dilarang politisasinya," kata Ketua Badan Pengurus SETARA Institute, Ismail Hasani di Jakarta Pusat, dikutip Jumat (7/4/2023).




Menurut Ismail, mengeksploitasi identitas secara berlebihan itu tidak boleh karena akan ada masyarakat yang terganggu.

"Indeks ini catatan bagi pemerintah kota dan pusat dan kita semua bahwa masuki tahun politik situasi toleransi harus dijaga. Karena kita punya pengalaman buruk sebelumnya degradasi sosial masyarakat kita, karena faktor politik itu sulit disembuhkan dan dampaknya tidak sedikit," tegasnya.

Baca juga: Jadi Kota Paling Toleran, Pj Sumastro: Singkawang dan Toleransi Bagian dari Perilaku Sehari-hari

Kota Cilegon Paling Tidak Toleran

Adapun dari rilis terbaru dari Indeks Kota Toleran (IKT) 2022 versi Setara Institute, tercatat Kota Cilegon dan Depok urutan pertama paling tidak toleran.

BERITA TERKAIT

Tercatat Cilegon berada di posisi ke-94 dengan poin 3.227 dan Depok posisi 93 dengan 3.610 poin.

Ketua Badan Pengurus SETARA Institute Ismail Hasani menjelaskan mengapa Cilegon bisa berada di posisi paling bawah kota toleran dari 94 kota di seluruh Indonesia.

"Yang pertama tindakan pemerintahnya bersepakat dengan masyarakat yang memilliki aspirasi politik intoleran. Melarang membangun tempat ibadah. Sisi variabel tindakan pemerintah sudah nol," katanya.

Ismail melanjutkan, Cilegon sisi kebijakan masih mengafirmasi atau mempedomani surat edaran di tahun 1975 tentang larangan mendirikan gereja di Kota Cilegon.

"Padahal sebenarnya edaran itu memuat instruksi untuk kota Serang. Dengan masih mempedomani ini masih meyakini produk hukum yang diskriminatif ini sebagai dasar hukum," sambungnya.

Kemudian yang ketiga masyarakatnya yang mengemukakan di ruang publik representasi publiknya intoleran.

Baca juga: Cilegon Tercatat Kota Paling Tidak Toleran, SETARA: Tindakan Pemda Jadi Penyebabnya

Sementara itu untuk kota Depok dikatakan Ismail naik satu peringkat dari tahun 2021.

"Kota Depok tahun sebelumnya posisi paling bawah, di tahun 2022 naik satu peringkat. Sekarang di atas Cilegon," ujarnya.

Adapun pembobotan dari Indeks Kota Toleran (IKT) 2022 meliputi delapan hal:
1. Rencana Pembangunan (10 persen)
2. Kebijakan Diskriminatif (20%)
3. Peristiwa Intoleransi (20%)
4. Dinamika Masyarakat Sipil (10%)
5. Pernyataan Publik Pemerintah Kota (10%)
6. Tindakan Nyata Pemerintah Kota (15%)
7. Heterogenitas agama (5%)
8. Inklusi sosial keagamaan (10%).

Sementara itu dalam rilis posisi teratas IKT 2022 tercatat Singkawang berada urutan pertama dengan 6.583 poin sebagai kota paling toleran.

Disusul Salatiga 6.417 poin dan urutan tiga Bekasi, 6.080 poin.

Urutan empat Surakarta, 5.883 poin, disusul di bawahnya Kediri, 5.850 poin, Sukabumi, 5.810 poin, Semarang, 5.783 poin, Manado, 5.767 poin, Kupang 5.687 poin, terakhir Magelang, 5.670 poin.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas