Bantu Pengentasan Stunting, IPHI Dukung BKKBN Lewat Program Lumbung Pangan Nasional
Program lumbung pangan nasional atau Food Estate dapat membantu penganggulangan stunting yang cukup besar di Indonesia
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggandeng Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) dalam program pengentasan stunting di Indonesia.
Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) ditandatangani oleh Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dengan Ketua Umum IPHI Erman Suparno di Kantor BKKBN, Halim Perdanakusumah, Jakarta.
Ketua Umum IPHI Erman Suparno mengatakan stunting adalah masalah kurang gizi dan nutrisi kronis yang ditandai tinggi badan anak lebih pendek dari standar anak seusianya.
Dia meminta para haji dan hajjah di Indonesia mendorong produktivitas produk pertanian, peternakan, perikanan yang menjadi sumber gizi dan protein masyarakat.
Baca juga: Anggota DPRD DKI Hardiyanto Kenneth Ajak Semua Pihak Bahu Membahu Turunkan Angka Stunting di Jakarta
"Para Haji dan Hajjah diharapkan tidak hanya peduli tetapi mampu untuk membantu masyarakat terutama yang mengalami kasus stunting," ujar Erman melalui keterangan tertulis, Jumat (7/4/2023).
Salah satu program IPHI yang menjadi amanat Hasil Muktamar VII adalah program lumbung pangan nasional atau Food Estate.
Program ini dapat membantu penganggulangan stunting yang cukup besar di Indonesia.
Program Lumbung pangan IPHI Food Estate ini berfokus pada pengembangan kuantitas dan kualitas hasil pertanian tanaman pangan, perikanan dan peternakan jangka pendek.
"Dengan tumbuhnya pertanian, perikanan, peternakan dalam satu kesatuan produksi oleh masyarakat dan petani, tentunya kebutuhan akan gizi baik gizi anak maupun gizi Ibu akan mudah diperoleh di lingkungan kampung yang sudah penerapan produksi pertanian ini," ucap Erman.
Erman mengatakan IPHI juga terus melakukan kajian dan penerapan pertanian pertanian modern agar para petani dapat meningkatkan dan menambah varian produksinya.
Baca juga: Menteri PPN: Cara Hitung Jumlah Stunting di Beberapa Daerah Sesat, Ngapusi Saja Itu
IPHI juga telah menunjuk Ahli Biologi Universitas Jenderal Soedirman Prof. Edy Yuwono Ph.D untuk melakukan kajian dan riset riset pertanian dengan metoda Biopharming.
Sebagaimana diketahui, Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi balita stunting di tahun 2018 mencapai 30,8 persen di mana artinya satu dari tiga balita mengalami stunting.
Indonesia merupakan negara dengan beban anak stunting tertinggi ke-2 di Kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia.