Komisi VIII DPR Sayangkan Respon Tak Bijak Oknum BRIN Sikapi Perbedaan 1 Syawal 1444 Hijriah
Ace Hasan Syadzily merespon perihal polemik komentar tak bijak oknum BRIN dalam menyikapi perbedaan penentuan 1 Syawal 1444 Hijriah.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily merespon perihal polemik komentar tak bijak oknum Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam menyikapi perbedaan penentuan 1 Syawal 1444 Hijriah.
Menurut Ace seharusnya oknum BRIN tersebut tidak sepantasnya melontarkan komentar tak patut dalam merespon perbedaan 1 Syawal 1444 Hijriah.
"Seharusnya oknum peneliti BRIN tidak seperti itu dalam merespon perbedaan penentuan 1 Syawal 1444 H. Bahwa BRIN memiliki metode sendiri dalam menentukan lebaran dengan pendekatan ilmu dan teknologi ya kita akui," kata Ace kepada Tribunnews.com, Selasa (25/4/2023).
Ace melanjutkan tetapi jika ada yang berbeda seperti Muhammadiyah dalam menentukan 1 Syawal harus juga dihormati.
"Kita sudah terbiasa menyikapi perbedaan itu. Tidak boleh mengancam mau membunuh karena perbedaan ijtihad tersebut. Tindakan mengancam itu bisa dikategorikan melanggar hukum," jelasnya.
Menurut Ace jika oknum BRIN tersebut sudah meminta maaf ada baiknya untuk dimaafkan. Terlebih saat ini masih dalam momen berlebaran.
"Namun, jika oknum peneliti BRIN itu sudah minta maaf, sebaiknya dimaafkan. Apalagi momentum masih lebaran. Sebaiknya dimaafkan," tutupnya.
Baca juga: Provokasi Peneliti BRIN Penuhi Unsur Pidana, SETARA Institute Minta Kapolri Turun Tangan
Diberitakan sebelumnya oknum Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang Hasanuddin yang berkomentar tak bijak di akun Facebook peneliti antariksa BRIN, Prof Thomas Jamaluddin meminta maaf atas komentarnya.
Diketahui dalam komentarnya di akun Facebook AP Hasanuddin, Peneliti BRIN tersebut menuliskan ancam halalkan darah Muhammadiyah hingga siap di penjara.
"Melalui Surat ini memohon maaf kepada pimpinan dan warga Muhammadiyah atas komentar saya di Facebook terhadap seluruh warga Muhammadiyah di akun Facebook tertanggal Minggu, 23 April 2023," kata Andi, dikutip dari surat yang dikirim Profesor Thomas Djamaluddin kepada Tribunnews.com, Senin (24/4/2023).
Andi melanjutkan dalam suratnya komentar tersebut dikarenakan rasa emosi dan ketidakbijaksanaan saya saat melihat akun Thomas Djamaluddin diserang oleh sejumlah pihak.
"Saya MEMINTA MAAF SEBESAR-BESARNYA KEPADA PIMPINAN DAN SELURUH WARGA MUHAMMADIYAH yang merasa tersinggung dengan komentar saya tersebut. Saya berjanji tidak akan mengulangi perbuatan semacam ini lagi di waktu-waktu mendatang. Demikian surat pernyataan ini dibuat, atas perhatian masyarakat semua, saya ucapkan terima kasih," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.